TEMPO Interaktif, Surabaya - Puluhan peneliti dalam dan luar negeri hari ini berkumpul di Surabaya dalam forum Humanitus Symposium on Indonesia's Mud Volcano. Ada 17 ilmuwan dari berbagai negara memaparkan risetnya tentang semburan lumpur panas yang keluar pada 29 Mei 2006 di Sidoarjo, dan sampai sekarang belum berhenti. Simposium yang diselenggarakan Humanitus Foundation -- lembaga swadaya masyarakat non-politik, non-agama yang berpusat di Australia -- memang dalam rangka peringatan lima tahun semburan lumpur yang terjadi setelah PT Lapindo Brantas melakukan pengeboran migas di Desa Renokenongo. Kemarin, para pembicara dan peserta mengunjungi lokasi semburan dan muara Kali Porong. "Simposium ini tahap awal kami membantu pemerintah Indonesia menangani bencana di Sidoarjo," kata Direktur Eksekutif Humanitus, Jeffrey Richards. Dalam penyelenggaraannya, lembaga ini bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dalam mengundang para pembicara daridalam dan luar negeri. Para pembicara dari luar negeri antara lain Richard Davies (DurhamUniversity), Mark Tingay (Adelaide University), Adriano Mazzini (OsloUniversity), Loyc Vanderkluysen dan Amanda Clarke (Arizona StateUniversity), Igor Kadurin (Russian Institute Electro Physics), SergeyKadurin (Odessa National University) dan Wataru Tanikawa (Jamstec,Jepang). Sementara pembicara dari Indonesia adalah Sukendar Asikin (ITB), Awang Harun Satyana (BP Migas), Agus Guntoro dan Sayogi Sudarman (Universitas Trisakti). Sejumlah ahli geologi dan perminyakan hadir sebagai peserta antara lain Yusuf Surachman (pejabat di Bakosurtanal), Bambang Istadi (Lapindo Brantas), dan Edi Sunardi (Universitas Pajajaran). Diantara pembicara dan peserta hanya Richard Davies yang sejak awal menyebut semburan lumpur dipicu aktivitas pengeboran dari perusahaan milik Grup Bakrie. Jeffrey Richards menolak tuduhan bahwa pihaknya sengaja mengundang pakar yang pro pada Lapindo Brantas. "Lupakanlah soal pemicu, jauh lebih penting saat ini menangani para korban," katanya. Diamengusulkan pemerintah membentuk Badan Otorita menangani aspek ekonomi dansosial serta mengorganisir penelitian lebih lanjut. Wakil Kepala BPLS Hardi Prasetya menjelaskan pembicara yang diundang adalah yang pernah melakukan penelitian dan hasilnya diterbitkan jurnal ilmiah. "Ada dalam Lusi Library kami," kata Hardi, guru besar ilmugeologi. Kami, katanya, tidak bisa menyetir pendapat para ilmuwanmancanegara yang telah memiliki reputasi. UNTUNG WIDYANTO