Agar Toko Buku Tak Menjadi Dinosaurus  

Reporter

Editor

Sabtu, 30 Juli 2011 10:46 WIB

AP/Henny Ray Abrams

TEMPO Interaktif, Jakarta-KABAR buruk itu akhirnya datang juga ke kantor pusat Borders di Phoenix Drive, Ann Arbor, Negara Bagian Michigan. Setelah lima bulan berusaha mati-matian menyelamatkan usaha, Mike Edwards, Presiden Borders Group, mengerek bendera putih.



Pada umurnya yang 40 tahun, salah satu jaringan toko buku terbesar di Amerika Serikat itu bangkrut. Semua toko yang tersisa, 399 gerai, akan ditutup dan dijual. “Selama bertahun-tahun, Borders selalu menjadi tujuan mereka yang mencari ilmu pengetahuan, hiburan, dan pencerahan,” Edwards menulis dalam memo terakhirnya kepada karyawan Borders, Senin pekan lalu. “Dan kita sudah bertarung dengan berani, tapi kita tetap gagal mengatasi tekanan dari luar.”



Pada masa jayanya, Borders menjual buku lebih dari US$ 3 miliar atau Rp 25 triliun per tahun, memiliki 567 toko buku besar di Amerika Serikat serta beberapa negara, seperti Singapura dan Australia. Namun, kata Edwards, angin perubahan di industri buku dan krisis ekonomi di negeri itu menjungkirbalikkan bisnis Borders.


Advertising
Advertising


Internetlah yang telah “membunuh” Borders. Sejak 2006, menurut data Asosiasi Penerbit Amerika Serikat, penjualan buku digital (e-book) lewat Internet terus berlipat. Pada Februari lalu, total penjualan buku digital di negeri ini menembus US$ 90,3 juta atau sekitar Rp 780 miliar. Pada April tahun lalu, penjualan buku digital baru sebesar US$ 28,3 juta atau Rp 240 miliar. Inilah pertama kalinya penjualan buku digital di Internet melampaui buku kertas.



Rupanya manajemen Borders salah membaca tanda-tanda perubahan itu. Mereka membuat blunder besar kala menyerahkan penjualan buku lewat Internet kepada Amazon.com pada 2001. Setiap pembelian buku lewat laman Borders.com langsung diteruskan ke Amazon. Borders seolah-olah hanya menjadi anak toko bagi Amazon.



“Saya masih ingat hal paling aneh yang kami lakukan waktu itu, yakni bersukaria dengan menenggak sampanye yang dibeli oleh Jeff Bezos,” Manish Vyas, mantan manajer toko Internet Borders, mengenang. Bezos merupakan pemilik dan pendiri Amazon, toko buku Internet terbesar di dunia.



Bisnis buku Borders terus mengkerut dan merugi, sedangkan Amazon semakin menggelembung. “Seperti kata orang, Internet ibarat komet yang memusnahkan dinosaurus ribuan tahun lalu. Saya khawatir Borders (dan toko buku lain) adalah dinosaurus itu,” kata David Dykhouse, mantan manajer di toko Borders, kepada Bloomberg.



***



DI Indonesia memang belum ada toko buku yang tutup buku gara-gara Internet. Buku digital masih sangat jauh untuk menggantikan buku cetak. “Perkakas pembaca (e-book reader) harganya masih mahal dan kurang nyaman,” kata Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia Lucya Andam Dewi pekan lalu. Perkakas iRiver Cover Story EB05, misalnya, masih dibanderol Rp 2,2 juta.



Sekarang paling tidak baru ada toko Papataka.com dan Gramedia.com yang menjual format buku digital. “Lapak” online Papataka mulai digelar dua tahun lalu oleh tiga sekawan, An Sonny Kaliman, Anson Lesmana, dan Roy Kurniawan. Masih sedikit sekali buku digital dari penerbit ataupun penulis lokal. BukuTablet, toko buku digital milik perusahaan teknologi informasi asal Yogyakarta, Informotics Digital Persada, baru akan diluncurkan pertengahan Agustus nanti. Informotics bekerja sama dengan 40 penerbit di Kota Gudeg dan Solo.



Jaringan toko buku terbesar di negeri ini, Gramedia, pun baru awal Juli lalu mulai menggarap pasar buku digital. Mereka meluncurkan aplikasi Gramedia for iPad dan aplikasi pembaca buku digital untuk tablet Samsung Galaxy Tab. Aplikasi untuk sistem operasi Android segera menyusul. Walaupun tak banyak gembar-gembor, aplikasi untuk Apple iPad dan Samsung Galaxy itu sudah diunduh lebih dari 1.500 kali.



“Sebenarnya persiapannya sejak tiga tahun lalu,” kata Rio Eka Putra, Manajer Riset dan Teknologi Informasi di Kelompok Penerbit Gramedia. Sudah ada 250 judul buku digital dari perusahaan penerbit Kelompok Gramedia yang bisa diunduh di toko Gramedia.com. “Sudah kami siapkan 1.000 judul. Tinggal diunggah saja.”



Yang makan banyak waktu, menurut Rio, adalah meyakinkan penulis buku dan penerbit lain supaya bersedia menjual buku dalam format buku digital. “Hantu” bagi penulis dan penerbit itu bernama pembajakan. “Kami masih belum yakin akan keamanan aplikasi buku digital,” kata Husni Syawie, Sekretaris Umum Ikatan Penerbit Indonesia. Walaupun sudah dipasang aplikasi antipembajakan atau Digital Rights Management, menurut Direktur Serambi Ilmu Semesta ini, dokumen buku masih mungkin dijebol dan dibajak.



Pembajakan memang bukan hanya musuh bagi perusahaan film, musik, atau peranti lunak, tapi juga para juragan buku. Walaupun sebenarnya tak peduli cetak atau versi digital, buku tetap bisa dibajak. “Makanya, daripada capek, saya tak terlalu pusing dengan aplikasi antipembajakan. Semakin dilarang, mereka semakin melawan,” ujar bos Informotics, Ardiansyah.



Kunci melawan pembajak ini barangkali bukanlah rupa-rupa aplikasi, melainkan soal harga. Tanpa ongkos cetak, harga buku digital bisa dipangkas. Jika harga buku digital sudah murah, para pembajak bakal susah mengail untung dari menjual buku aspal alias asli tapi palsu ini.



Walaupun sebagian penerbit masih berhitung cermat dengan risiko pembajakan, seperti yang terjadi di Amerika Serikat, tren buku digital sepertinya tak bisa ditahan lagi. “Kami pasti akan masuk ke sana,” kata Lucya Andam Dewi, Direktur Utama Penerbit Bumi Aksara. Siapa tahu, kata Husni, buku digital, yang lebih gampang ditenteng-tenteng ke mana pun, bisa menggugah selera baca. Walhasil, ujung-ujungnya malah jadi berkah baru bagi penerbit.



Karena jumlah transaksinya masih kelewat kecil, buku digital bukan ancaman bagi toko buku besar, seperti Gramedia. Namun sepuluh atau lima belas tahun lagi, kios Internet seperti Papataka bisa menjadi “pembunuh” toko buku. Ketika Amazon didirikan Jeff Bezos pada 1994, siapa yang menyangka dia bisa membuat Borders tumbang. Makanya, meskipun tak menyumbang keuntungan, Gramedia sudah bersiap. “Siapa tahu model bisnis buku di Indonesia berubah,” kata Rio. Tentu Gramedia tak ingin mengulang sejarah Borders.



Sapto Pradityo

Berita terkait

Peluncuran Buku Majukan Perdagangan Bersama Zulhas

5 Februari 2024

Peluncuran Buku Majukan Perdagangan Bersama Zulhas

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali menyoroti pentingnya kolaborasi sebagai kunci keberhasilan dalam memajukan sektor perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

IKAPI Kecam dan Batal Hadiri Frankfurt Book Fair 2023, Begini Sejarah Ikatan Penerbit Indonesia

17 Oktober 2023

IKAPI Kecam dan Batal Hadiri Frankfurt Book Fair 2023, Begini Sejarah Ikatan Penerbit Indonesia

Simak sejarah IKAPI yang salah satu pelopornya merupakan sastrawan Sutan Takdir Alisjahbana. IKAPI mengecam dan batal hadiri Frankfurt Book Fair 2023

Baca Selengkapnya

Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

28 September 2023

Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

Rohaniwan yang juga pengajar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Baskara T. Wardaya menulis buku bertajuk Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan.

Baca Selengkapnya

4 Tahapan Membuat ISBN, Penuhi 8 Syarat ini

11 Mei 2022

4 Tahapan Membuat ISBN, Penuhi 8 Syarat ini

Begini cara mengajukan permohonan ISBN dengan memenuhi 8 syarat teknis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Balai Pustaka bagi Lulusan D3 dan S1, Berikut Kualifikasinya

9 September 2021

Lowongan Kerja Balai Pustaka bagi Lulusan D3 dan S1, Berikut Kualifikasinya

PT Balai Pustaka membuka lowongan kerja bagi lulusan D3 dan S1.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Dukung Penerbitan Buku Wisata Halal Indonesia

2 Juli 2021

Sandiaga Uno Dukung Penerbitan Buku Wisata Halal Indonesia

Sejumlah daerah di Indonesia juga telah menerapkan dan mengembangkan konsep wisata halal.

Baca Selengkapnya

Cara Dapat Uang Dari Wattpad, Jangan Lewatkan 6 Tips ini

29 Mei 2021

Cara Dapat Uang Dari Wattpad, Jangan Lewatkan 6 Tips ini

Di era serba digital, cara dapat uang dari Wattpad pun bisa dilakukan oleh mereka yang suka menulis. Simak tipsnya.

Baca Selengkapnya

Program Nulis dari Rumah, Stimulus untuk Penulis dan Penerbit

6 Oktober 2020

Program Nulis dari Rumah, Stimulus untuk Penulis dan Penerbit

Pemerintah memberikan stimulus untuk penulis dan penerbit melalui program "Nulis dari Rumah".

Baca Selengkapnya

London Book Fair, Penerbit Asing Borong Hak Terbit Buku Indonesia

13 Maret 2019

London Book Fair, Penerbit Asing Borong Hak Terbit Buku Indonesia

Pada hari pertama pameran buku London Book Fair (LBF) 2019, Indonesia sudah membukukan penjualan hak penerbitan untuk 12 judul buku.

Baca Selengkapnya

Buku Ucok Homicide Soal Hip Hop Dalam 1 Dekade Beredar

30 Agustus 2018

Buku Ucok Homicide Soal Hip Hop Dalam 1 Dekade Beredar

Penerbit buku independen Elevation Books belum kapok membidani kumpulan tulisan Herry Sutresna aka Ucok Homicide.

Baca Selengkapnya