Sejumlah pengunjukrasa dari berbagai elemen masyarakat melakukan aksi kampanye peringatan hari Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Bundaran Gladag, Rabu (1/12). Dalam aksi tersebut mereka mengajak untuk melakukan pencegahan penularan penyakit tersebut dengan salah satunya penggunaan kondom. TEMPO/Andry Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Asal usul HIV dapat ditelusuri kembali jutaan tahun lalu. Meski virus yang menyebabkan AIDS ini baru muncul pada manusia di abad ke-20, tapi para ilmuwan ternyata telah lama mengetahui bahwa ada virus-virus serupa pada monyet dan kera.
Sebuah studi genetik menunjukkan HIV sudah muncul pada monyet dan kera Afrika pada 5-12 juta tahun yang lalu. Penelitian ini suatu hari nanti mungkin akan mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang HIV dan AIDS.
Hingga kini, HIV menjangkiti sekitar 34 juta orang di seluruh dunia. Penyakit AIDS muncul pertama kali setelah virus HIV berpindah dari simpanse ke manusia. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa virus-virus serupa yang dikenal sebagai lentivirus telah tersebar di sebagian besar primata di Afrika.
Penelitian genetik sebelumnya menyatakan bahwa kerabat dekat HIV muncul puluhan ribu tahun yang lalu. Tetapi banyak ahli telah menduga bahwa pernyataan itu kurang akurat.
Para ilmuwan di Universitas Washington, Seattle dan Fred Hutchinson Cancer Research Center sudah melihat jejak genetik virus yang menyerupai virus HIV di sejumlah primata, termasuk simpanse, gorila, orang utan dan kera.
Perubahan gen yang telah berevolusi dalam sistem kekebalan tubuh monyet dan kera di Afrika memperlihatkan bahwa virus muncul antara 5-16 juta tahun yang lalu. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Patogen ini memberi petunjuk bagaimana sistem kekebalan tubuh dari kerabat terdekat manusia berevolusi untuk melawan infeksi.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.