TEMPO.CO, Beijing - Peneliti bebatuan di Bulan mendapati bahwa seperempat dari total mineral di satelit bumi tersebut merupakan sumbangan dari asteroid. Hasil yang membuat mata peneliti terbelalak itu menambah keras upaya mereka untuk mencari tahu kandungan apa saja yang membentuk bulan.
“Penelitian mendatang berfokus pada komposisi pembentuk Bulan,” ujar Jay Melosh dari Universitas Purdue seperti dilansir dari situs Space.com, Selasa, 28 mei 2013. Mereka akan meneliti batuan di permukaan Bulan yang benar-benar berasal dari sana, bukan pecahan benda angkasa.
Hasil penelitian menemukan bahwa 25 persen dari asteroid yang menubruk Bulan datang dengan kecepatan hingga 43 ribu kilometer per jam. Meski ribuan kali lebih cepat dari pesawat tempur, derasnya daya laju itu tidak cukup untuk melenyapkan asteroid.
Simulasi menunjukkan, dengan kecepatan tersebut material asteroid kecil akan menguap dan tertinggal di kawah tumbukan. Bila kawah cukup besar, sekitar 20 kilometer, material akan mengumpul di dasar kawah.
Berdasarkan simulasi tersebut, ilmuwan menyimpulkan zat olivine dan spinel—mineral yang banyak terkandung di asteroid, yang terdapat di dasar kawah Copernicus, tidak berasal dari Bulan, tetapi dari asteroid yang membentuk kawah selebar 93 kilometer tersebut. Di Bulan, mineral ini hanya ditemukan di dasar kawah dan tak pernah ditemukan pada permukaan bulan.
Temuan ini memiliki dugaan menarik. Peneliti dari Universitas Arizona Erik Asphaug mengatakan adanya kemungkinan tabrakan di Bumi miliaran tahun lalu menyumbangkan material secara masif ke Bulan. “Dan perlu ada penjelasan lain dari spinel yang belum terjawab, bahwa mereka tersimpan dari di Bumi sejak masa lampau dan terhambur sampai ke bulan,” katanya.