Begini Alasan Manusia Purba Berjalan dengan 2 Kaki

Reporter

Rabu, 29 Mei 2013 16:08 WIB

Seorang pelajar melintas di depan papan yang menggambarkan proses evolusi manusia dalam pameran Sosialisasi dan Publikasi Museum Manusia Purba Sangiran di pusat perbelanjaan Mall Grand City, Surabaya, Kamis (11/6). Berbagai fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Sangiran ini merupakan ajakan agar masyarakat mencintai museum sebagai ruang edukasi. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, London - Selama ini, banyak teori soal kehidupan manusia purba yang telah dipublikasikan. Dan kini, peneliti Universitas York, Inggris, meyakini bila cara berjalan manusia purba yang tegak lurus, dengan dua kaki, berawal dari lanskap kasar Timur serta Afrika Selatan. Panorama ini sendiri terbentuk selama zaman Pliosen, dan disebabkan oleh gunung berapi serta pergeseran lempeng tektonik. Hominin, nenek moyang manusia, tertarik menuju wilayah itu karena menawarkan perlindungan dan kesempatan untuk menjebak mangsa.

“Studi arkeolog Universitas York, Inggris, yang dikembangkan bersama peneliti Institut de Physique du Globe di Paris, ini telah menantang teori evolusi sebelumnya,” tulis Daily Mail, Senin, 27 Mei 2013.

Dulu, awal manusia menjadi bipedal atau berjalan dengan dua kaki berangkat dari teori: manusia purba hidup dengan empat kaki di atas pohon. Kemudian mereka berevolusi dan dapat berjalan tegak ketika turun dari pohon pada saat perubahan iklim. Hingga mengurangi vegetasi pohon.

Dr. Isabelle Winder, dari Departemen Arkeologi di York mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa bipedalisme lebih mungkin dikembangkan sebagai respon terhadap medan. Ketimbang reaksi akan perubahan vegetasi. Evolusi ini pun tidak hanya bermanfaat dalam hal keamanan dan mencari makanan, tetapi juga meningkatkan keterampilan memanjat dan menyeimbangkan tubuh. Dipublikasikan dalam Jurnal Antiquity, penelitian ini menunjukkan bila tangan dan lengan hominin kemudian dibiarkan bebas untuk mengembangkan ketangkasan dan penggunaan alat-alat.

"Permukaan tanah yang bervariasi mungkin turut berkontribusi untuk meningkatkan keterampilan kognitif seperti navigasi dan kemampuan komunikasi, akuntansi untuk evolusi lanjutan dari otak, dan fungsi sosial, seperti kerjasama,” kata Winder.

Selanjutnya, Winder mengatakan, hipotesis ini membuka teori baru tentang vegetasi tradisional atau spekulasi perubahan iklim. Bahkan penelitian itu menjelaskan semua proses kunci dalam evolusi hominin dan memberikan skenario yang lebih meyakinkan daripada hipotesis sebelumnya.


DAILY MAIL | ANINGTIAS JATMIKA

Topik terhangat:
Tarif Baru KRL
| Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha Fathanah

Terpopuler:


Membeku 400 Tahun, Tumbuhan Ini Masih Hidup

Humor Stephen Hawking Sedikit 'Nakal'

Google Bikin Wi-Fi Balon Udara

Konsumsi Lima Cangkir Kopi Sebabkan Kegemukan

Pemilik IQ Tinggi Melihat Lebih Selektif



Berita terkait

Penelitian Baru, Ternyata Manusia Purba Injakkan Kaki di Amerika Utara Ribuan Tahun Lebih Awal

10 Oktober 2023

Penelitian Baru, Ternyata Manusia Purba Injakkan Kaki di Amerika Utara Ribuan Tahun Lebih Awal

Uji baru mengkonfirmasi kekunoan jejak kaki manusia purba di New Mexico, Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Museum Gua Harimau Ogan Komering Ulu, Museum Purbakala Terbesar di Sumatera

15 Januari 2023

Museum Gua Harimau Ogan Komering Ulu, Museum Purbakala Terbesar di Sumatera

Museum itu disebut sebagai museum purbakala terbesar di Pulau Sumatera.

Baca Selengkapnya

Bukan Sekadar Lagu, 5 Fakta Menarik Bengawan Solo

2 Oktober 2022

Bukan Sekadar Lagu, 5 Fakta Menarik Bengawan Solo

Bengawan Solo, sungai terpanjang di Indonesia. Ini 5 fakta menarik tentang sungai ini, termasuk pesawat Garuda Pernah water landing dan pencemaran.

Baca Selengkapnya

Pameran Kampung Purba Indonesia, dari Homo Erectus sampai Mumi Mamasa

18 September 2022

Pameran Kampung Purba Indonesia, dari Homo Erectus sampai Mumi Mamasa

Menggambarkan kehidupan prasejarah dimulai dari masa berburu hingga menetap, Pameran Kampung Purba adalah metode pembelajaran untuk generasi muda.

Baca Selengkapnya

Fosil Tertua Manusia Misterius Denisovans Ditemukan di Gua Siberia

2 Desember 2021

Fosil Tertua Manusia Misterius Denisovans Ditemukan di Gua Siberia

Analisis DNA yang diekstraksi dari fosil Denisovan menunjukkan bahwa mereka mungkin pernah tersebar di seluruh benua Asia, Asia Tenggara dan Oseania.

Baca Selengkapnya

Lukisan dan DNA Tertua di Dunia Ditemukan di Maros Sulawesi Selatan

22 November 2021

Lukisan dan DNA Tertua di Dunia Ditemukan di Maros Sulawesi Selatan

Lukisan dan DNA tertua di dunia ditemukan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Homo Bodoensis, Disebut Garis Langsung Leluhur Manusia Modern

12 November 2021

Mengenal Homo Bodoensis, Disebut Garis Langsung Leluhur Manusia Modern

Sekelompok manusia purba--yang sudah punah-mendapatkan nama spesies baru: Homo bodoensis. Siapa mereka? Perlukah nama baru itu?

Baca Selengkapnya

Ini yang Membuat Sangi Run Night Trail 2021 Berbeda dengan Lomba Lari Lainnya

29 Oktober 2021

Ini yang Membuat Sangi Run Night Trail 2021 Berbeda dengan Lomba Lari Lainnya

Sangi Run Night Trail 2021 digelar untuk memperingati 25 tahun situs purbakala Sangiran menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Fosil Gajah Pulau Sirtwo Waduk Saguling Dipindah ke Rumah Penduduk

19 Oktober 2021

Fosil Gajah Pulau Sirtwo Waduk Saguling Dipindah ke Rumah Penduduk

Dari riset fosil, bisa untuk mencari indikasi lingkungan purba daerah Waduk Saguling, apakah dulu berupa hutan atau padang rumput.

Baca Selengkapnya

Fosil Tengkorak dari Sumur Diklaim Spesies Baru: Manusia Naga

26 Juni 2021

Fosil Tengkorak dari Sumur Diklaim Spesies Baru: Manusia Naga

Fosil tengkorak besar yang ditemukan di Cina berpotensi menawarkan gambaran pertama wajah manusia purba Denisovan yang masih misterius.

Baca Selengkapnya