Menyingkap Gen Adam dan Hawa

Reporter

Minggu, 4 Agustus 2013 05:58 WIB

Ilustrasi DNA. Forbes.com

TEMPO.CO, Jakarta--Penelitian terbaru menyebutkan, hampir semua pria dapat melacak asal muasalnya dari leluhur yang hidup sekitar 135 ribu tahun lalu. Leluhur tersebut kemudian menghasilkan keturunan bersama seseorang yang menjadi ibu dari seluruh wanita di dunia.

Penemuan yang dipublikasikan Kamis lalu oleh jurnal Science ini merupakan hasil riset dari analisis lengkap mengenai kromosom seks pria, atau dikenal dengan kromosom Y. Riset tersebut menjadi pembaruan dari penelitian sebelumnya yang menyimpulkan, pria pertama hidup sekitar 50 ribu hingga 60 ribu tahun lalu.

Meski terdapat tumpang tindih kapan waktu Adam dan Hawa hidup, ada kemungkinan keduanya tidak hidup berdekatan. "Adam dan Hawa tidak mengenal satu sama lain," kata pakar genetik dari University of California, Berkeley, Melissa Wilson Sayres, yang terlibat dalam studi ini.

Para peneliti percaya bahwa manusia modern meninggalkan Afrika antara 60 ribu hingga 200 tahun lalu. Kemudian, wanita pertama di dunia diperkirakan berasal dari Afrika Timur. Namun, lebih dari itu, detil mengenai kesimpulannya masih kabur.

Kromosom Y menurunkan sifat identik ayah kepada anak laki-lakinya. Jadi, mutasi atau perubahan titik pada kromosom seks pria dapat melacak garis keturunan pria pertama di dunia.

Sebaliknya, DNA dari mitokondria, yang menjadi sumber energi bagi sel, dibawa oleh sel telur. Sehingga, hanya wanita yang dapat menurunkan kepada anak-anaknya. DNA ini tersembunyi di dalam mitokondria dan dapat menarik garis keturunan dari Hawa.

Ilmuwan lainnya dari Stanford University, Carlos Bustamante mengatakan, sepanjang waktu, kromosom pria terduplikasi dan tercampur aduk dengan DNA yang terurai. Hasilnya, menyatukan seluruh frakmen DNA dari gen yang terpisah, sama halnya seperti menyusun puzzle tanpa ada gambaran gambar apa yang akan dibentuk.

Bustamante bersama koleganya menyusun potongan puzzle yang lebih besar dengan memisahkan kromosom Y dari 69 sampel pria dari tujuh populasi di wilayah San Bushmen di Afrika hingga Yakut di Siberia. Dengan memperkirakan tingkat mutasi atau perubahan secara arkeologis, seperti misalnya migrasi di sepanjang Selat Bering, tim ilmuwan menyimpulkan bahwa pria di seluruh dunia memiliki gen yang berasal dari Afrika yang ada sekitar 125 ribu hingga 156 ribu tahun lalu.

Sebagai tambahan, mitokondria DNA dari pria, memiliki kemiripan dengan sampel yang diperoleh dari 24 wanita. Gen wanita tersebut jika ditarik garis keturunan, berasal dari mitokondria Hawa yang tinggal di Afrika antara 99 ribu tahun hingga 148 ribu tahun. Artinya, waktu tersebut sama dengan asal kromosom Y saat Adam Hidup.

Pakar evolusi genetik dari University of Arizona, Michael Hammer menyatakan, hasil penelitian tersebut mencengangkan. Meski dia tidak terlibat dengan penelitian tersebut, namun Hammer turut melakukan penelitian yang sama. Studi itu menunjukkan bahwa Adam diperkirakan hidup antara 180 ribu hingga 200 ribu tahun lalu.

Studi yang dilakukan Hammer dipublikasikan lewat Journal of Human Genetics, yang emnunjukkan bahwa sejumlah pria di Afrika memiliki sifat genetik yang unik. Kromosom Y yang berbeda, jika ditarik garis keturunannya, diperkirakan berasal dari pria pertama di dunia yang dhidup antara 237 ribu hingga 581 ribu tahun lalu.

"Ini bahkan tidak cocok dengan grafik pohon keluarga yang disusun oleh tim penelitian yang dilakukan oleh Bustamante," ujar Hammer kepada situs LiveScience. Dia menyebutkan, Adam hidup di waktu yang lebih lama.

Studi genetik selalu bergantung dari sampel DNA, yang mengembangkan gambaran yang sering kali belum lengkap mengenai sejarah manusia. Secara singkat, tim Hammer menguji sampel kelompok pria yang sebelumnya diuji oleh tim Bustamante. Hal ini untuk melakukan estimasi mengenai kapan tepatnya manusia pertama hidup.

Manusia yang diteliti ini tidak dapat disejajarkan dengan Adam dan hawa menurut kepercayaan yang tertuang di Injil. Disebutkan bahwa keduanya bukanlah manusia modern pertama di bumi. Hammer mengatakan, genom yang terdapat pada manusia mengandung potongan DNA dari banyak turunan, sehingga potongan DNA tersebut tidak muncul melalui mitokondria atau kromosom Y. Dia menyebutkan, jika wanita purba pertama hanya memiliki anak laki-laki, kemudian mitokondria DNA miliknya akan menghilang. Bahkan jika anak laki-lakinya menurunkan seperempat DNA ibunya melalui genom.

Menanggapi sanggahan Hammer, Bustamante bersama timnya sedang memisahkan kromosom Y dari hampir 2 ribu laki-laki. Data itu diharapkan dapat menentukan secara tepat waktu hidup manusia pertama di bumi.

"Ini sangat menarik," kata Wilson, menanggapi dua pendapat berbeda mengenai Adam dan Hawa. Dia mengatakan, semakin banyak populasi di dunia, maka secara fisik akan semakin mudah memastikan kapan waktu hidup manusia pertama.

LIVESCIENCE | SATWIKA MOVEMENTI

Terhangat:
Mudik Lebaran | Ahok vs Lulung | Anggita Sari

Baca juga:

Penelitian: Orang Sombong Dihukum oleh Evolusi

Misteri Evolusi Galaksi Terpecahkan

Kebohongan Bisa Dideteksi Lewat Gigi

Mengungkap Rahasia Beruang Kutub

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya