Misteri Sisi Gelap Bulan Akhirnya Terpecahkan

Reporter

Kamis, 12 Juni 2014 06:40 WIB

REUTERS/Hyungwon Kang

TEMPO.CO, Jakarta - Sisi bulan yang menghadap bumi selalu sama. Pada permukaannya seakan terlihat wajah seorang pria yang tersenyum (The Man in the Moon). Fenomena "wajah pria" ini tentu saja hanya ilusi, dibentuk oleh bercak-bercak gelap "laut" atau maria--dataran halus yang terbentuk akibat hasil benturan dengan batuan-batuan angkasa.

Namun, tak ada maria di sisi bulan yang jauh. Permukaan sisi bulan yang tak terlihat dari bumi itu hanya dipenuhi bopeng, tanpa ada dataran halus. Misteri yang dijuluki Lunar Farside Highlands Problem itu baru diketahui pada 1959. Kala itu Luna 3, pesawat antariksa Soviet, mengirimkan gambar pertama sisi "gelap" bulan. Disebut bagian gelap lantaran misterius, bukan karena tidak pernah terkena sinar matahari.

Kini para peneliti di Pennsylvania State University, Amerika Serikat, menyadari bahwa di bagian bulan yang tak pernah terlihat dari bumi itu memiliki sedikit maria. "Saya ingat pertama kali melihat bulan ketika masih kanak-kanak. Saya tertegun oleh betapa bedanya sisi bulan yang gelap," kata Jason Wright, seorang asisten profesor astrofisika di Pennsylvania State University.

Foto-foto yang dikirimkan wahana antariksa mengungkap bahwa bagian gelap bulan hanya berisi gunung dan kawah. "Dimana maria (laut)? Ternyata itu menjadi misteri sejak 1950-an." imbuhnya, seperti dikutip Sciencedaily, Rabu, 11 Juni 2014.

Wright bersama profesor astrofisika Steinn Sigurdsson dan Arpita Roy, mahasiswa pascasarjana di bidang astronomi dan astrofisika, menyadari absennya maria disebabkan oleh perbedaan ketebalan kerak antara sisi bulan yang kita lihat dan sisi tersembunyi. Ini merupakan konsekuensi dari proses awal pembentukan bulan.

Konsensus umum tentang asal-muasal bulan adalah bahwa satelit bumi itu terbentuk tak lama setelah bumi. Bulan merupakan hasil tumbukan sebuah objek seukuran Mars yang menyerempet bumi. Kendati tabrakan berlangsung sekilas, tetapi dampaknya menghancurkan.

Benturan yang dahsyat itu, disebut Hipotesis Giant Impact, bermuara pada terlemparnya lapisan luar bumi dan objek seukuran Mars itu ke ruang angkasa. Inilah yang akhirnya membentuk bulan.

"Tak lama setelah tabrakan itu, bumi dan bulan menjadi sangat panas," kata Sigurdsson. Bumi dan objek yang menabrak tidak hanya mencair. Sebagian dari mereka menguap, menciptakan cakram batuan, magma, dan uap yang menyelimuti bumi.

Jarak bumi dan bulan ketika itu 10-20 kali lebih dekat daripada sekarang. Bulan, yang jauh lebih kecil dari bumi, mendingin lebih cepat. Keduanya sejak itu terkunci oleh gravitasi masing-masing.

Suhu bumi yang masih panas, lebih dari 2.500 derajat Celsius, terpancar ke arah sisi dekat bulan. Sementara sisi dekat bulan masih meleleh, sisi yang jauh mendingin perlahan-lahan. Kondisi ini menciptakan gradien atau perbedaan suhu antara kedua bagian bulan.

Gradien ini penting untuk pembentukan kerak di bulan. Kerak bulan mengandung aluminium dan kalsium dalam konsentrasi tinggi. Kedua unsur itu sangat sulit untuk menguap. "Ketika bulan mendingin, elemen pertama yang keluar adalah aluminium dan kalsium," kata Sigurdsson. Temuan ini dimuat dalam laporan di jurnal Astrophysical Journal Letters pada 9 Juni 2014.

Aluminium dan kalsium muncul dan mengisi atmosfer bulan pada sisi yang dingin karena sisi yang menghadap bumi masih terlalu panas. Ribuan sampai jutaan tahun kemudian, unsur-unsur itu bercampur dengan silikat dalam mantel bulan dan membentuk plagioclase feldspars, yang akhirnya pindah ke permukaan dan membentuk kerak bulan. "Kerak bulan pada sisi jauh mengandung lebih banyak mineral ini dan lebih tebal," ujar Roy.

Bulan kini sepenuhnya dingin dan tidak cair di bawah permukaannya. Dalam sejarah sebelumnya, sejumlah meteoroid besar menghantam sisi dekat bulan dan menghancurkan keraknya, melepaskan danau-danau lava basaltik besar yang membentuk maria yang menyusun "wajah pria di Bulan".

Berbeda ketika meteoroid menubruk sisi jauh bulan. Kerak pada bagian ini terlalu tebal dan tidak mengandung basalt magmatik yang menggenang, sehingga menciptakan sisi gelap bulan dengan lembah, kawah, dan dataran tinggi. "Namun hampir tidak ada maria," ucap Wright.

SCIENCEDAILY | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita Lain:

Valid, Surat Rekomendasi Pemecatan Prabowo
Nurul: Keaslian Dokumen Pemecatan Prabowo Diragukan
Luhut: Calon Pemimpin Jangan Marah dan Bikin Puisi

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

47 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya