LIPI Konservasi Tumbuhan di Kawasan Tambang

Reporter

Editor

Erwin prima

Rabu, 9 September 2015 17:06 WIB

Tiga bocah sedang menyaksikan jalanan ambruk akibat aktivitas perusahaan tambang batibara PT Amelia Energi di Kelurahan Sangasanga Dalam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (9/11). Jalan umum sepanjang 130-an meter ini ambruk dan berubah menjadi danau bersatu dengan bekas galian tambang batubara PT Amelia. TEMPO/Firman Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan riset dan konservasi keanekaragaman tumbuhan di kawasan hutan calon tambang batu bara di Kalimantan Timur. Upaya ini bagian dari persiapan rehabilitasi pascapenambangan di kawasan tersebut.

Melalui Kebun Raya Purwodadi LIPI di Pasuruan, Jawa Timur, peneliti memperbanyak dan membuat bibit jenis-jenis tumbuhan lokal yang memiliki nilai konservasi dan ekologis penting. "Kalimantan masih menyimpan banyak potensi spesies baru maupun spesies langka dan terancam, yang sangat penting dilestarikan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi R. Hendrian dalam diskusi di kantor LIPI Jakarta, Rabu, 9 September 2015.

Sebelum penambangan, riset dilakukan dengan menginventarisasi, menyelamatkan keanekaragaman tumbuhan, dan mengenali karakter ekologis dari kawasan hutan di sana. Hasil penelitian ini akan menjadi dasar bagi program rehabilitasi kawasan bekas tambang. "Pemulihan kawasan pascatambang diharapkan dapat dilakukan melalui prinsip konservasi dengan menggunakan spesies tumbuhan lokal," kata Hendrian.

Sejak 2010, LIPI bekerja sama dengan PT Indo Tambangraya Mega Tbk merehabilitasi kawasan bekas tambang di Bontang, Kalimantan Timur. Sampai saat ini, menurut peneliti ekologi dan biologi Konservasi LIPI, Siti Sofiah, ada sekitar 300 jenis tumbuhan yang ditanam lagi di sana, antara lain Ficus racemosa (pohon lo), Ficus septica (untuk obat), Ficus fistulosa, Vitex pinnata (laban), Canthium diccocum, dan Aquilaria malaccensis (gaharu).

Jenis tumbuhan itu merupakan bagian dari 600 jenis yang sebelumnya telah dikoleksi dan dikembangbiakkan di Kebun Raya Purwodadi. Anggrek saja dikoleksi sebanyak 75 jenis.

Dalam proses rehabilitasi mereka tidak langsung menanam tumbuhan di bekas lokasi tambang. "Kami lakukan tahap demi tahap sehingga tanah bisa menyediakan unsur hara bagi tumbuhan," kata Sofiah.

Dia mencontohkan, pada tahap awal, lahan bekas tambang ditanami lebih dulu tumbuhan yang bisa menyuburkan tanah. "Bila sudah dirasa subur baru ditanami tumbuhan yang lebih besar," kata dia. Kini sebuah pohon beringin sudah tumbuh setinggi dua meter selama dua tahun.

Pola konservasi yang menyeluruh dan berkesinambungan diharapkan akan dapat menghambat secara efektif laju kepunahan keanekaragaman tumbuhan di Indonesia.

“Kepunahan keanekaragaman plasma nutfah tumbuhan, merupakan kehilangan yang tak ternilai bagi ilmu pengetahuan,“ kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Enny Sudarmonowati. “Keanekaragaman jenis tumbuhan menyimpan potensi tak terbatas untuk kesejahteraan umat manusia di masa depan."

AHMAD NURHASIM

Berita terkait

Terus Perpanjangan Kontrak Freeport Sampai 2061, Bagaimana Kronologinya Sejak Kontrak Pertama?

1 hari lalu

Terus Perpanjangan Kontrak Freeport Sampai 2061, Bagaimana Kronologinya Sejak Kontrak Pertama?

Kontrak Freeport adalah salah satu kontrak pertambangan terbesar dan paling signifikan di dunia, yang terletak di Provinsi Papua, Indonesia.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

2 hari lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

3 hari lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

6 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

7 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

8 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

12 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

14 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

16 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

32 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya