Pegiat yang tergabung dalam Indonesia Malaria Care Foundation melakukan aksi damai di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Selasa (23/4). Menurut data Unicef sebanyak 38 ribu meninggal dan 15 juta orang mengidap malaria di dunia setiap tahunnya. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Stockholm - Trio ilmuwan dari tiga negara berbeda dianugerahi Hadiah Nobel bidang kedokteran yang diumumkan di Karolinska Institute, Stockholm, Swedia, Senin, 5 Oktober 2015. Para ilmuwan itu adalah William Campbell dari Irlandia, Satoshi Omura dari Jepang, dan Youyou Tu dari Cina.
Campbell dan Omura mendapat Nobel berkat riset mereka mengembangkan obat untuk mengatasi infeksi parasit cacing gelang yang menyebabkan penyakit onkosersiasis atau infeksi di kulit dan mata. Adapun Tu mengembangkan obat dari herbal untuk menanggulangi penyakit malaria.
Komite Nobel menyatakan penemuan tiga ilmuwan itu sangat penting bagi umat manusia untuk menghadapi penyakit yang menyerang jutaan orang setiap tahun. "Dampak obat itu terhadap peningkatan kesehatan manusia sangat tak ternilai," demikian pernyataan Komite dalam keputusannya.
Omura menemukan penangkal parasit itu dalam riset melalui pengumpulan sampel tanah di seluruh Jepang. Dia berhasil mengisolasi bakteri Streptomyces avermitilis yang menjadi sumber obat avermectin untuk mengobati onkosersiasis atau infeksi di kulit dan mata akibat cacing parasit.
Campbell memperkaya hasil riset Moura dan menemukan bahwa bakteri Streptomyces avermitilis juga sanggup membunuh parasit yang menyerang hewan ternak. Dia memodifikasi senyawa avermectin menjadi ivermectin yang lebih efektif membunuh larva parasit.
Sementara itu, Tu mengembangkan obat antimalaria dengan meneliti berbagai tanaman herbal. Perempuan itu menemukan senyawa artemisinin dari tanaman Artemisi annua mampu membunuh parasit malaria pada tahap awal pertumbuhannya. Tu adalah ilmuan perempuan ke-12 yang berhasil mendapatkan Nobel di bidang kedokteran.