Hilang Puluhan tahun, LIPI Temukan Kembali Spesies Ular Ini

Reporter

Editor

ursul florene

Jumat, 6 November 2015 07:15 WIB

Seekor ular piton berukuran besar berhasil menangkap dan menelan hidup-hidup, seekor possum atau mamalia pohon berukuran kecil. Kejadian mengerikan ini terjadi di Pantai Utara Sydney, Australia, 13 Oktober 2015. Dailymail

TEMPO.CO, Jakarta - Tim Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendapat kejutan saat meneliti flora dan fauna di Pulau Enggano, Bengkulu, Sumatera. Seekor ular yang lama tak ditemukan selama 80 tahun, berhasil mereka dapatkan di salah satu hutan yang mereka teliti.

“Saya tak menyangka, ular ini ada di belakang saya saat tengah meneliti di pinggiran hutan,” kata ketua tim peneliti Amir Hamidy di Jakarta pada Kamis, 5 November 2015. Sejauh ini, baru satu individu ular Coelognatus enggano ini yang berhasil ia temukan.

C. enggano merupakan spesies ular pemakan tikus, atau rat snake, dengan panjang tubuh dewasa sekitar 1,5-2 meter. Menurut Amir, spesies ular ini pertama ditemukan oleh peneliti Italia, Vinciguera, pada tahun 1837. Jumlah yang terlihat saat itu pun tak banyak, hanya 3 ekor. Setelah penemuan ini, tak terdengar lagi penemuan ular tikus ini.

Lama berselang, nama ular ini kembali muncul. Seorang peneliti asal Belanda, de Jong, menemukan 3 individu pada tahun 1936. Olehnya, spesimen ini diboyong dan dipajang di Museum Zoologi di Bogor. Pelbagai survey di Enggano pun dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang binatang melata ini. Sayang, setelah penemuan de Jong, tak ada lagi penemuan C. enggano terdengar. Akhirnya, pada 2015 ini, Amir berhasil menemukan satu individu hidup.

“Keunikan ular ini terletak pada tubuhnya yang polos. Biasanya, ular tikus pasti memiliki corak atau pola tertentu,” kata Amir. Selain itu, ia menemukan ular ini tengah mencari mangsa pada malam hari. Biasanya, ular tikus cenderung aktif waktu siang.

Terkait kelangkaannya, Amir mengatakan ada 3 kemungkinan penyebab. Pertama,pooulasi menurun lantaran jumkah mangsa yang sedikit. “Konsumsi utama mereka adalah tikus, tapi di sini hanya ada dua jenis yang hidup. Teantu mereka sulit mendapat mangsa,” kata dia. Faktor kedua yang mengikuti adalah kerusakan lingkungan yang diakibatkan penebangan hutan ilegal.

Kemungkinan ketiga, adalah masih sedikitnya riset yang dilakukan terhadap ular ini. Para peneliti kesulitan mendapat data tentang di mana populasi ular ini berkumoul, serta berapa jumlahnya. Amir mengakui, sensus ular memang menjadi tantangan sendiri dalam dunia peneliti makhluk hidup. Karena itu, begitu mendapatkan satu individu hidup, Amir langsung mengirimkan datanya ke IUCN.

“Soalnya, kalau dilihat di situs IUCN, ular ini juga statusnya masih data deficient. Jadi sulit juga unetuk menentukan apakah ular ini tergolong langka ataupun terancam punah,” kata dia.


URSULA FLORENE

Berita terkait

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

23 Agustus 2023

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

Awal pembentukan LIPI pada 1967 dimulai dengan peleburan lembaga-lembaga ilmiah yang lebih dulu didirikan.

Baca Selengkapnya

Kebun Raya Purwodadi Buka Lagi, Kendaraan Dilarang Masuk

27 Juli 2020

Kebun Raya Purwodadi Buka Lagi, Kendaraan Dilarang Masuk

Selain Kebun Raya Purwodadi, LIPI telah membuka kembali Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Eka Karya Bali.

Baca Selengkapnya

Tips Cegah Kontaminasi Bakteri Listeria pada Jamur Enoki

29 Juni 2020

Tips Cegah Kontaminasi Bakteri Listeria pada Jamur Enoki

Peneliti LIPI mengatakan pengolahan dan penyimpanan yang baik dapat mencegah kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes di jamur enoki.

Baca Selengkapnya

Menristek: Akhir Mei, 50 Ribu Alat Tes PCR Lokal Diproduksi

5 Mei 2020

Menristek: Akhir Mei, 50 Ribu Alat Tes PCR Lokal Diproduksi

Bambang Brodjonegoro mengatakan alat pendeteksi Virus Corona alias COVID-19 baik berbasis PCR maupun non-PCR tengah dikembangkan di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

LIPI Tunggu Sikap Pemerintah Terhadap Lembaga Riset dan BRIN

18 Oktober 2019

LIPI Tunggu Sikap Pemerintah Terhadap Lembaga Riset dan BRIN

LIPI akan mengikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah karena tentang pembentukan BRIN

Baca Selengkapnya

Lorong Watu Spot Wisata Mungil di Bengkulu Utara

17 Juli 2019

Lorong Watu Spot Wisata Mungil di Bengkulu Utara

Ini bukan lorong waktu, tapi Lorong Watu alias gang batu. Air sungai yang jernih, menggerus batu membentuk koridor panjang.

Baca Selengkapnya

Gempa di Bengkulu Utara Minggu Pagi Ini, Tak Berpotensi Tsunami

17 Maret 2019

Gempa di Bengkulu Utara Minggu Pagi Ini, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa berkekuatan M 5,5 terjadi di sekitar Bengkulu Utara, hari ini

Baca Selengkapnya

Reorganisasi Internal, Kepala LIPI: Sudah Disetujui Kemenpan-RB

31 Januari 2019

Reorganisasi Internal, Kepala LIPI: Sudah Disetujui Kemenpan-RB

Menurut Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, reorganisasi internal sudah disetujui Kemenpan-RB.

Baca Selengkapnya

2 Dekade COREMAP, Ini Pencapaian LIPI di Ekosistem Pesisir

10 Desember 2018

2 Dekade COREMAP, Ini Pencapaian LIPI di Ekosistem Pesisir

Sejak tahun 1998, LIPI terlibat dalam kegiatan COREMAP.

Baca Selengkapnya

Laksana Tri Handoko Dilantik Jadi Kepala LIPI yang Baru

31 Mei 2018

Laksana Tri Handoko Dilantik Jadi Kepala LIPI yang Baru

Sebelum menjadi Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko menjabat sebagai Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik.

Baca Selengkapnya