Hati-hati, di Dalam Rumah Banyak Polusi yang Ancam Kesehatan

Reporter

Kamis, 21 April 2016 17:19 WIB

Pekatnya polusi kendaraan bermotor hingga menyelimuti sejumlah Gedung-gedung perkantoran dan rumah penduduk yang menyebabkan pencemaran udara di Jakarta, Kamis, 19 Juli 2012. Tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan meningkatnya jumlah populasi kendaraan bermotor yang menjadikan ancaman bagi warga Jakarta rentan terkena berbagai penyakit, seperti paru-paru, kanker, dan penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda merasa sudah lolos dari bahaya polusi udara di jalanan ketika sampai di rumah? Sebaiknya periksa lagi kondisi kebersihan ruangan dan peralatan di rumah Anda. Hasil studi yang dimuat di jurnal Science of the Total Environment menunjukkan rumah sebenarnya memiliki beragam sumber polusi udara yang dapat membahayakan kesehatan penghuninya.

Menurut Prashant Kumar, peneliti dari University of Surrey, banyak orang berpikir polusi udara hanyalah pencemaran yang terjadi akibat gas pembuangan kendaraan atau asap kelabu dari pabrik-pabrik. Padahal banyak sekali sumber polusi yang berefek negatif terdapat di dalam rumah dan kantor. “Mengandung residu bahan masakan, sisa cat, pernis, dan spora jamur, udara dalam ruang yang kita hirup lebih tercemar daripada yang ada di luar,” katanya seperti ditulis Eurekalert, 19 April 2016.

Hasil studi pada 2012 menyebutkan polusi udara dalam ruang berkorelasi dengan 4,3 juta kematian di seluruh dunia. Jauh lebih besar efek polusi luar ruang yang berhubungan dengan 3,7 juta kematian. Efek dari penggunaan bahan bakar fosil untuk memasak hingga kontaminasi mikroba pada udara dalam ruang bisa menyebabkan gangguan pernapasan dan mengurangi kemampuan kognitif.

Masyarakat perkotaan berisiko lebih besar mengalami gangguan kesehatan karena 90 persen waktu mereka sehari-hari dihabiskan di dalam ruangan. Kondisi ini berkaitan dengan sick building syndrome, kondisi ketika seseorang menunjukkan gangguan kesehatan akibat udara di dalam ruang yang dihirupnya.

Para penghuni, kata Kumar, sebaiknya dapat mencermati kondisi polusi udara di dalam ruangan sehingga tahu ketika keadaan memburuk. Sensor monitor kecil yang hemat energi bisa dipakai untuk mengumpulkan data real-time dan menginformasikan penghuni ketika level polusi terlalu tinggi. Menurut Kumar, solusi untuk mendapatkan udara yang lebih baik di dalam bahkan bisa sangat sederhana. “Seperti membuka jendela lebar-lebar,” tuturnya.

Dalam riset lain bersama Anju Goel, yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Pollution, awal April lalu, Kumar menunjukkan polusi udara di lokasi perempatan jalan yang diapit bangunan-bangunan dua kali lebih buruk ketimbang persimpangan terbuka. Tingginya konsentrasi pencemaran membuat bangunan-bangunan di perempatan jalan mengandung partikel berbahaya dua kali lebih banyak.

Kondisi ini akan berdampak besar pada perencanaan tata letak kota. Lokasi pembangunan sekolah, perkantoran, hingga rumah sakit seharusnya memperhatikan faktor risiko pencemaran udara di wilayah persimpangan jalan yang bakal diapit bangunan. “Sebagian besar orang tidak memperhatikan apa yang mereka atau anak-anaknya hirup saat duduk di belakang meja ruangan masing-masing setiap pagi,” katanya.

SURREY. AC.UK | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

3 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

4 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

6 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

6 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

7 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

7 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

11 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

17 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

39 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

54 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya