TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda ingin mengingat sesuatu dengan lebih baik, gambarlah. Hasil penelitian di University of Waterloo, Kanada, menunjukkan menggambar merupakan metode mengingat paling kuat dan terpercaya untuk meningkatkan ingatan. Jeffrey Wammes, yang memimpin penelitian ini mengatakan telah membandingkan menggambar dengan cara lain, dan selalu menjadi yang paling baik.
Wammes dan tim mengatakan menggambar bisa meningkatkan jejak memori kohesif. Peningkatan ini menintegrasikan informasi visual, motorik, dan semantik.
Dalam penelitian, mereka menyajikan kata yang mudah digambar kepada responden, seperti apel. Responden lantas diberi waktu 40 detik untuk menggambar atau menulis ulang kata tersebut. Setelah itu, responden diberi tugas untuk mengklasifikasikan nada untuk memfasilitasi proses mengingat. Proses akhir adalah responden dibebaskan untuk mengingat sebanyak-banyaknya kata dalam daftar yang diberi pada awal penelitian.
“Ada perbedan ingatan lebih dari dua kali lipat antara yang menggambar dan menulis ulang,” kata Wammes. Responden yang menggambar kata dalam daftar, mampu mengingat lebih banyak kata.
Peneliti membuat variasi dalam penelitian selanjutnya. Responden diminta menggambar kata berulang-ulang. Pilihan lain adalah menambah detil visual saat menulis surat. Hasilnya tak berubah. Menggambar tetap membuat ingatan lebih baik dari alternatif lain.
Wammes mengatakan menggambar menuntun pada performa ingatan ketimbang membuat daftar karakter fisik, membuat citra mental, dan melihat gambar dari objek yang dideskripsikan dengan kata-kata.
“Yang perlu dicatat, kualitas gambar seseorang tak berpengaruh, orang tetap akan dapat manfaat yang sama meski tak punya bakat artistik,” kata dia.
SCIENCE DAILY | TRI ARTINING PUTRI
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
28 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya