Gorila Timur Masuk Daftar Spesies Kritis

Reporter

Selasa, 6 September 2016 13:13 WIB

Seekor bayi gorila yang baru saja lahir tidur di dalam pelukan induknya dalam Kebun Binatang Praha di Republik Ceko, 24 April 2016. Shinda yang merupakan induk dari bayi gorila ini merupakan jenis gorila dataran rendah barat (western lowland gorila). REUTERS/David W Cerny

TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya (IUCN) memasukkan gorila timur (Gorilla beringei) ke dalam kategori hewan kritis. Populasinya primata terbesar yang sebelumnya digolongkan spesies terancam ini mengalami penyusutan lebih dari 70 persen hanya dalam dua dekade.


Status kritis menunjukkan gorila timur itu hanya tinggal “selangkah” lagi masuk ke barisan hewan yang punah. Laporan yang disampaikan dalam Kongres Konservasi Dunia di Hawaii, 4 September, menyebutkan perburuan ilegal menjadi penyebab populasi gorila timur merosot tajam. Populasi gorila yang memiliki dua subspesies itu kini diperkirakan kurang dari lima ribu ekor.


Inger Andersen, Direktur Jenderal IUCN, mengatakan pembaruan status hewan dalam Daftar Merah IUCN menunjukkan krisis kepunahan global meningkat. “Mengetahui bahwa gorila timur, salah satu kerabat terdekat manusia, sedang menuju kepunahan adalah hal yang sangat menyedihkan,” ujarnya seperti ditulis laman IUCN.


Penurunan populasi Gorila Grauer (G. b. graueri), salah satu subspesies gorila timur, diperkirakan mencapai 77 persen sejak 1994. Jumlahnya menyusut dari 16.900 ekor hingga tinggal sekitar 3.800 pada 2015.


Kondisi sepupunya, gorila gunung (G. b. graueri), membaik meski populasinya jauh lebih sedikit. Jumlah gorila ini dilaporkan meningkat dan diperkirakan mencapai 880 ekor.


Advertising
Advertising

Masuknya nama gorila timur ke dalam daftar hewan kritis menambah pelik masalah yang dihadapi keluarga kera besar. Saat ini empat dari enam spesies kera besar – gorila timur, gorila barat, orangutan Kalimantan, dan orangutan Sumatera – masuk dalam daftar kritis. Adapun simpanse dan bonobo dikategorikan sebagai satwa terancam.


Andersen mengatakan konservasi berperan besar untuk memperbaiki kondisi yang dialami hewan-hewan kritis tersebut. “Kitalah yang bertanggung jawab kita untuk mengubah situasinya dan melindungi masa depan planet ini,” ujar dia.


IUCN juga melaporkan populasi sejumlah mamalia, seperti zebra padang dan antelop Afrika, mengalami penyusutan besar dan semakin terancam. Daftar Merah IUCN saat ini memuat 82.954 spesies hewan dan tumbuhan, sekitar 23 ribu di antaranya berada dalam status terancam menuju kepunahan.


Menurut Carlo Rondinini, koordinator pengawasan mamalia dari Sapienza University, Roma, data baru dari IUCN ini dapat dipakai sebagai pedoman konservasi spesies yang terancam. “Perburuan ilegal dan penyusutan habitat adalah ancaman utama yang membuat banyak mamalia terjerumus menuju kepunahan,” katanya.


IUCN | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya

4 Desember 2023

4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya

Tanggal 4 Desember 2023 hari apa? Hari besar yang diperingati berkaitan tentang perlindungan satwa liar dan TNI AD, ini penjelasan selengkapnya.

Baca Selengkapnya

Hari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati

11 Agustus 2023

Hari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Inovasi bioteknologi untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati sudah sangat diperlukan.

Baca Selengkapnya

Peran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari

23 Desember 2022

Peran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari

Perempuan ternyata punya peran besar dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

1 Juni 2022

Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

Tim SBI dan ULM didukung pemerintah daerah serta sektor lainnya berkomitmen mengembangkan wisata alam minat khusus Pulau Curiak.

Baca Selengkapnya

Ikon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang

30 Maret 2022

Ikon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang

Kehidupan terumbu karang sepanjang 500 kilometer di Great Barrier Reef tersebut mulai kehilangan warna.

Baca Selengkapnya

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan

26 Maret 2022

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan

Orchidarium Ranu Darungan dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata minat khusus, seperti penelitian anggrek dan flora lain serta pemantauan burung.

Baca Selengkapnya

NTT Jadi Tuan Rumah Hari Konservasi Alam Nasional pada Agustus 2021

12 Februari 2021

NTT Jadi Tuan Rumah Hari Konservasi Alam Nasional pada Agustus 2021

Hari Konservasi Alam Nasional digelar di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang dan Pantai Lasiana di Kota Kupang, NTT.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Terancamnya Pulau Siberut, Galapagos Asia

13 Oktober 2020

Terancamnya Pulau Siberut, Galapagos Asia

Pulau Siberut yang ada di Kepulauan Mentawai terancam karena eksploitasi hutan.

Baca Selengkapnya

Wildlife Photography, ini Tips Pentingnya

2 Juli 2020

Wildlife Photography, ini Tips Pentingnya

Gusti Wicaksono, wildlife photographer muda berbagi tips memotret hidupan alam liar. Gusti membicarakannya di acara Obrolan Online Tempo Institute.

Baca Selengkapnya