Kisah Mbah Gothi Berumur 145 Tahun dan Sains di Baliknya
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Rabu, 2 November 2016 18:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sodimejo menjadi buah bibir pada Agustus lalu. Data pada kartu identitasnya menunjukkan pria yang akrab disapa Mbah Gotho itu sudah berusia 145 tahun. Jika dokumen identitasnya bisa diverifikasi, Pria asal Desa Cemeng, Sragen, Jawa Tengah, itu menjadi manusia tertua di dunia.
Berdasarkan dokumen dan data yang terverifikasi, rekor manusia tertua di dunia saat ini masih dipegang oleh perempuan asal Prancis, Jeanne Louise Calment. Ketika meninggal di panti jompo pada 1997, Calment berusia 122 tahun.
Sejauh ini, hanya kartu identitas itu yang menjadi bukti betapa tuanya usia Mbah Gotho. Sulit memverifikasi tanggal kelahirannya, yang tercatat 31 Desember 1870. Dia sudah hidup lebih lama dari empat istrinya. Sepuluh saudara Mbah Gotho sudah meninggal. Kawan-kawan sebaya dan lima anaknya juga sudah tak ada.
Rentang usia yang dicapai Calment dan Mbah Gotho adalah hal luar biasa dalam kehidupan manusia. Perbaikan kualitas gizi, kesehatan, dan kehidupan sosial dinilai sebagai faktor yang ikut menentukan meningkatnya durasi usia manusia. Sejak 1960-an, rentang hidup manusia meningkat drastis. Namun laju peningkatan durasi hidup manusia mulai berkurang, bahkan cenderung stagnan, sejak 1980-an.
Namun, secara alami, durasi hidup manusia ditentukan oleh telomere—bagian ujung rantai asam deoksiribonukleat (DNA) yang mempengaruhi penuaan sel. Ketika sel memperbarui dirinya sendiri—yang terjadi sepanjang hidup manusia—panjang telomere akan menyusut.
Selanjutnya: Telomere memungkinkan sel tubuh...
<!--more-->
Telomere yang panjang memungkinkan sel membelah diri lebih sering dan membuat manusia berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu, telomere menjadi terlalu pendek untuk dapat berfungsi normal, sehingga memicu penuaan sel. Selain faktor usia, telomere bisa memendek karena dampak stres, kebiasaan merokok, kurang berolahraga, dan pola makan buruk.
Jadi, berapa lama sebenarnya durasi hidup manusia? Sejumlah ilmuwan ragu akan ada manusia yang bisa memecahkan rekor Calment. Laporan di jurnal Nature edisi Oktober lalu menyebutkan rentang hidup maksimal manusia secara alami sudah mencapai batasnya.
Riset yang dipimpin Jan Vijg, ahli genetika dari Albert Einstein College of Medicine, New York, itu menganalisis data demografi dari 40 negara. Mereka menemukan laporan kematian para centenarian—manusia yang menembus umur 100 tahun—di Prancis, Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris meningkat drastis pada periode 1970-1990. Usia tertua yang tercatat kala itu 114,5 tahun. Tren laporan kematian para centenarian menurun setelah era 1990-an, namun usia puncaknya masih 115 tahun.
Vijg dan timnya menyimpulkan bahwa ambang durasi hidup manusia secara alami adalah 115 tahun. Kecil kemungkinan akan ada manusia yang melewati batas tersebut, seperti Calment. Peluangnya bahkan kurang dari 1 : 10.000. “Durasi hidup kita sudah maksimal, manusia tak akan lebih tua dari 115 tahun,” kata Vijg.
Menurut Henne Holstege, peneliti centenarian dari VU University, Amsterdam, tampaknya ada batasan hidup yang tak bisa diatasi dengan obat-obatan modern. Intervensi medis pada serangan jantung, misalnya, bisa memperpanjang usia manusia. “Namun para centenarian tak hanya bergantung pada jantung, tapi juga sistem tubuh yang semakin lama kian lemah,” kata Holstege. “Jika bukan karena serangan jantung, Anda mati karena sebab lain.”
Selanjutnya: Laporan Vijg dan timnya memicu perdebatan...
<!--more-->
Laporan Vijg dan timnya memicu perdebatan. James W. Vaupel, Direktur Max-Planck Odense Center, menyanggah pendapat bahwa durasi hidup manusia sudah mencapai batas maksimal. Menurut dia, tren angka harapan manusia terus meningkat.
Anak-anak di Amerika yang lahir saat ini berpeluang hidup hingga rata-rata usia 79 tahun. Padahal, pada era 1900-an, angka harapan hidup di negeri ini tak sampai 50 tahun. Adapun negara dengan angka harapan hidup tertinggi saat ini adalah Monako, yang mencapai 89,5 tahun, disusul Jepang, Singapura, dan Makau.
Selain terobosan dalam riset genetika, obat-obatan menjadi tumpuan untuk memperpanjang usia. Sejumlah obat, seperti rapamycin yang mempengaruhi sistem imunitas, diketahui dapat menambah durasi hidup hewan. Obat diabetes dalam program uji coba klinis Targeting Aging with Metformin juga dinilai dapat memperlambat penuaan.
Menurut Tom Kirkwood, peneliti dari Newcastle University, Inggris, batas maksimal durasi hidup akan terus naik. Proses penuaan dipicu oleh cacat dan kerusakan pada sel serta organ tubuh. “Bahkan, tanpa ada perubahan dalam proses penuaan biologis, sangat mungkin rekor usia tertua saat ini dipatahkan.”
NATURE | THE GUARDIAN | THE INDEPENDENT | THE NEW YORK TIMES | GABRIEL WAHYU TITIYOGA