Vaksin HIV Diuji di Afrika Selatan Selama 7 Tahun

Reporter

Selasa, 29 November 2016 12:47 WIB

Seorang penambang menyiapkan jarum suntiknya berisikan heroin yang akan disuntikan ke tubuhnya di Tambang batu giok di Hpakant, Myanmar, 29 November 2015. Penggunaan berulang kali jarum suntik dapat menyebabkan penyebaran HIV AIDS. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Jakarta - Studi keampuhan vaksin HIV pertama yang akan berlangsung tujuh tahun untuk menguji apakah modifikasi kandidat vaksin bisa memberikan perlindungan efektif terhadap virus penyebab AIDS dimulai di Afrika Selatan, kata Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (National Institutes of Health/NIH) pada Senin (28/11).

Studi yang disebut HVTN 702 itu ditujukan untuk mendaftar 5.400 pria dan perempuan berusia 18 sampai 35 tahun yang aktif secara seksual, menjadikannya uji klinik vaksin HIV paling besar dan canggih yang berlangsung di Afrika Selatan, tempat lebih dari 1.000 orang terinfeksi HIV setiap hari.

"Jika dikerahkan bersama perangkat senjata terkini kami yang sudah terbukti bisa mencegah HIV, vaksin yang aman dan efektif bisa menjadi paku terakhir pada peti mati HIV," kata Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (National Institute of Allergy and Infectious Diseases/NIAID) yang merupakan bagian NIH, dan penyelenggara uji klinik tersebut.

"Bahkan vaksin yang secara moderat efektif akan secara signifikan menurunkan beban penyakit HIV dari waktu ke waktu di negara-negara dan populasi dengan tingkat infeksi HIV tinggi seperti Afrika Selatan."

Rejimen vaksin eksperimental yang diuji dalam HVTN 702 didasarkan pada vaksin yang diteliti dalam uji klinik RV144 di Thailand, menunjukkan bahwa vaksin 31,2 persen efektif mencegah infeksi selama 3,5 tahun lebih setelah vaksinasi.

Rejimen vaksin baru sudah disesuaikan dengan subtipe HIV yang menonjol di bagian selatan Afrika dan uji klinik awal kecil yang melibatkan 252 orang menunjukkan bahwa itu aman untuk peserta studi dan imbasnya pada respons kekebalan sebanding dengan yang dilaporkan pada RV144.

Uji klinik baru yang dilaksanakan di 15 lokasi di seluruh Afrika Selatan ditujukan untuk menguji apakah vaksin itu akan memberikan perlindungan lebih besar dan lebih berlanjut dibandingkan dengan rejimen RV144.

Para relawan akan secara acak akan diberi rejimen vaksin yang masih dalam penelitian itu atau plasebo. Seluruh peserta akan mendapat total lima suntikan selama satu tahun dan hasilnya akan diketahui akhir 2020.

"HIV sudah merenggut banyak kematian di Afrika Selatan, tapi sekarang kami memulai eksplorasi ilmiah yang bisa sangat menjanjikan bagi negara kita," kata Kepala Protokol HVTN 702 Glenda Gray, presiden dan pemimpin eksekutif Dewan Riset Medis Afrika Selatan.

"Jika vaksin HIV berhasil di Afrika Selatan, itu akan secara dramatis mengubah haluan pandemi," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.

ANTARA

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

21 jam lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

2 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

9 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

19 hari lalu

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.

Baca Selengkapnya

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

28 hari lalu

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

Sindrom mengangguk menyerang ribuan anak di Afrika. Gangguan saraf ini masih misterius dan belum diketahui pasti penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

21 Februari 2024

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.

Baca Selengkapnya

Daya Tarik Malawi yang Baru Menerapkan Bebas Visa untuk 79 Negara

16 Februari 2024

Daya Tarik Malawi yang Baru Menerapkan Bebas Visa untuk 79 Negara

Baru-baru ini, Malawi menerapkan bebas visa masuk untuk 79 negara

Baca Selengkapnya

Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

13 Februari 2024

Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

Keberadaan bangkai monyet itu diketahui setelah seekor anjing Bea Cukai mengendus sesuatu yang tidak biasa di bagasi seorang pelancong dari Afrika.

Baca Selengkapnya

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

17 Januari 2024

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

Berbagai ragam hayati yang dimiliki oleh negara Liberia, negara ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang melimpah

Baca Selengkapnya

Presiden Perempuan Pertama Liberia, Berikut Perjalanan Ellen Johnson Sirleaf

16 Januari 2024

Presiden Perempuan Pertama Liberia, Berikut Perjalanan Ellen Johnson Sirleaf

Tepat 16 Januari 18 tahun yang lalu, Ellen Johnson Sirleaf dilantik menjadi presiden perempuan pertama Liberia. Berikut perjalanan hidup Ellen Sirleaf

Baca Selengkapnya