Jumlah Hak Paten Peneliti Indonesia Masih Minim  

Reporter

Selasa, 14 Februari 2017 16:18 WIB

Ilustrasi. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Paten DTLST dan Rahasia Dagang Kementerian Hukum dan HAM Ir Timbul Sinaga mengatakan masih sedikit akademisi Indonesia yang menghasilkan paten sehingga perlu upaya untuk meningkatkan hal itu.

"Jumlah hak paten yang minim dihasilkan para akademisi menjadikan Indonesia lemah dalam penguasaan teknologi. Sekaligus menjadikan Indonesia rendah nilai daya saingnya dibandingkan negara-negara lain," ujar Timbul dalam acara Workshop Paten Peningkatan Daya Saing Bangsa Melalui Inovasi oleh Perguruan Tinggi di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta, Selasa, 14 Februari 2017.

Dia mengatakan Indonesia sangat membutuhkan sumbangan hak paten bagi kemajuan bangsa, potensi tersebut mestinya disumbangkan kalangan perguruan tinggi.

Berdasarkan data Kementerian Hukum dan HAM tercatat 34 ribu jumlah hak paten terdaftar. Dari jumlah itu, 95 persen merupakan hak paten asing atau luar negeri. Hanya 5 persen yang merupakan hak paten dalam negeri. Padahal jumlah lembaga riset dan perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak.

Dia menyebutkan jumlah hak paten asing yang didaftarkan di Indonesia sangatlah banyak. Jumlah tersebut menjadikan karya inovasi bangsa asing tersebut lebih dikenal luas. Sekaligus menjadikan sumber pendapatan bagi negara tersebut.

"Pemerintah telah berupaya memberikan rangsangan kepada para investor Indonesia. Agar mendaftarkan semua hak patennya. Sehingga bisa memberikan manfaat lebih," katanya mengungkapkan.

Lebih lanjut, dia menegaskan perlindungan terhadap hak paten telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Hak Paten. Dalam regulasi tersebut sudah sangat tegas pada sisi perlindungan dan nilai manfaat bagi pemegang hak paten.

"Dengan demikian tidak hanya ada manfaat perlindungan intelektual saja, tetapi juga ada perlindungan ekonomi yang dilakukan pemerintah terhadap karya riset peneliti Indonesia," katanya memaparkan.

Rektor UMB Dr Arissetyanto Nugroho menambahkan, posisi negara-negara maju memang begitu dominan, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh karya riset yang didaftarkan sebagai hak paten.

Dengan demikian penggunaan bangsa lain terhadap karya temuan itu memberikan manfaat bagi pemegang hak paten dan negara yang menerbitkan hak paten itu.

"Keterlibatan kalangan perguruan tinggi untuk melakukan riset menjadi saling terkait. Kegiatan riset yang merupakan amanat UU Pendidikan Tinggi menjadi bagian pula dari upaya meningkatkan jumlah hak paten," kata Aris.

ANTARA

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

29 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya