2 Penumpang Komersial SpaceX Akan Mengelilingi Bulan

Reporter

Editor

Erwin prima

Selasa, 28 Februari 2017 15:28 WIB

Roket SpaceX Falcon 9 saat diluncurkan di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral, Florida, 21 Desember 2015. SpaceX menandatangani kontrak senilai hampir Rp22 triliun dengan Badan Ruang Angkasa Amerika (NASA), untuk mengirim logistik ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). REUTERS/Joe Skipper

TEMPO.CO, Washington DC - CEO SpaceX Elon Musk kemarin, 27 Februari 2017, mengumumkan bahwa perusahaan itu memiliki rencana untuk mengirim dua warga biasa bukan astronot untuk mengelilingi Bulan.

Ini akan menjadi misi pribadi dengan dua pelanggan yang membayar, dan bukan astronot NASA. “Para penumpang ini sangat serius dengan perjalanan tersebut dan sudah membayar deposit yang signifikan," ujar Musk sebagaimana dikutip The Verge, Senin 28 Februari 2017.


Baca:
Dragon SpaceX Akhirnya Tiba di Stasiun Antariksa
GPS Salah, SpaceX Tunda Pendaratan di Stasiun Antariksa
SpaceX Sukses Luncurkan Falcon 9 dari Landasan NASA


Perjalanan mengelilingi Bulan akan memakan waktu sekitar satu minggu. Mereka akan melewati permukaan Bulan, pergi lebih jauh ke luar angkasa, dan kembali ke Bumi, sejauh sekitar 300.000 mil (483 ribu km) hingga 400.000 mil (644 ribu km).

Rencananya perjalanan itu akan dilakukan pada kuartal kedua 2018 dengan pesawat luar angkasa Crew Dragon dengan roket Falcon Heavy, yang akan melakukan peluncuran perdananya musim panas ini.

Namun, Musk terkenal karena tenggat waktu yang tidak realistis. Pada tahun 2011, ia berjanji untuk membawa orang ke luar angkasa dalam waktu tiga tahun.

Dua orang yang akan melakukan perjalanan itu tidak disebutkan namanya, namun sudah mengenal satu sama lain. Mereka akan memulai pelatihan awal untuk perjalanan akhir tahun ini.

Musk menolak untuk mengomentari biaya perjalanan itu, tetapi ia mengatakan biayanya "sebanding" atau sedikit lebih besar dari biaya misi berawak ke Stasiun Antariksa Internasional. Untuk diketahui, satu tiket pada roket Soyuz Rusia mengenakan biaya pada NASA sekitar US$ 80 juta (Rp 1 triliun).

Musk percaya misi pribadi ini bisa menjadi pendorong pendapatan yang signifikan bagi perusahaan dan mengharapkan untuk memiliki setidaknya satu atau dua perjalanan setahun. Ini akan memberi kenaikan 10 sampai 20 persen dari pendapatan SpaceX.

Izin dari PBB tidak akan diperlukan, menurut Musk, meskipun perjalanan itu perlu lisensi Federal Aviation Administration.

Pengumuman ini muncul saat NASA sedang berpikir tentang misi yang sama. Badan ini telah mempertimbangkan menempatkan astronot di penerbangan pertama dari roket besar berikutnya, Space Launch System (SLS). Rencananya, NASA akan menerbangkan SLS untuk pertama kalinya tanpa awak pada musim gugur tahun depan.

Tapi, memo yang dikirim kepada karyawan NASA awal bulan ini menunjukkan bahwa badan tersebut sedang mempertimbangkan membuat penerbangan pertama SLS menjadi misi berawak. Penerbangan itu akan membawa kru mengelilingi Bulan, yang serupa dengan rencana misi Bulan SpaceX.

THE VERGE | ERWIN Z

Berita terkait

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

52 menit lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

10 jam lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

10 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

11 jam lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

13 jam lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

1 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

1 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

1 hari lalu

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

Bagaimana nasib TikTok di AS pasca-konflik panas dan pengesahan RUU pemblokiran aplikasi muncul di sana?

Baca Selengkapnya