5 Alasan WannaCry Termasuk Ransomware Dasar  

Reporter

Editor

Erwin prima

Selasa, 23 Mei 2017 10:14 WIB

ilustrasi serangan virus ransomware. shutterstock.com

TEMPO.CO, San Francisco - Berkat fitur mirip worm, ransomware WannaCry berhasil menyebar dengan cepat ke jaringan yang terinfeksi, memanfaatkan kerentanan di beberapa versi Windows. Microsoft bahkan merilis sebuah patch darurat untuk sistem operasi lama yang sudah tidak didukung.

Baca: Korea Utara Bantah Dalangi Serangan Ransomware WannaCry

Pihak berwenang di seluruh dunia sekarang berupaya mengidentifikasi pelaku, tapi beberapa periset cyber security menganggap keseluruhan kampanye WannaCry bisa merupakan hasil operasi yang relatif amatir yang tidak terkendali.

"Ini tidak terlihat seperti ransomware yang sangat profesional," kata Orli Gan, manajer produk di perusahaan keamanan, Check Point, dalam konferensi CPX perusahaan di Milan, Italia, beberapa hari setelah epidemi WannaCry, sebagaimana dikutip ZDNet, Senin, 22 Mei 2017.

Berikut ini 5 alasan periset menganggap WannaCry adalah ransomware dasar.

1. Kode NSA dapat diakses siapa pun

Telah diketahui, sebagian besar kode yang dibuat WannaCry dibangun NSA untuk memanfaatkan kerentanan Eternal Blue Windows, kemudian bocor oleh Shadow Brokers, yang berarti setiap orang dapat mengaksesnya.

"Apa yang kami lihat di malware ini adalah bukti bahwa penyerang baru saja mengambil kode dari halaman Github tersebut. Jadi kami dapat menarik jalur langsung dari malware tersebut kembali ke eksploitasi NSA," kata Yaniv Balmas, pemimpin tim peneliti malware di Check Point.

2. Serangan WannaCry serampangan

Mereka yang berada di belakang WannaCry telah serampangan dalam membawa ransomware ke kode tersebut, yang tidak akan dilakukan kelompok kriminal cyber terorganisir.

"Ransomware ini cukup amatir. Anda juga bisa lihat bahwa jumlah uang yang diterima secara signifikan lebih rendah daripada kasus lain," kata Gan. Jumlah pembayaran tebusan hanya beberapa ratus, yakni US$ 300 dalam Bitcoin, yang telah dibayarkan ke penyerang, yang bahkan tidak tahu siapa yang telah membayarnya. "Itu juga menunjukkan bahwa ini bukan organisasi profesional," ucapnya.

3. Tidak menginfeksi negara tertentu

Rusia sering disebut sebagai sumber utama kampanye ransomware, dan banyak bentuk malware ini dilengkapi instruksi untuk tidak menginfeksi mesin bahasa Rusia. Namun, dalam kasus WannaCry, Rusia telah terkena dampak buruk. "Rusia nyatanya adalah salah satu target terbesar kampanye ini menurut statistik kami," kata Balmas.

Itu bisa menjadi indikator lain dari sifat amatir para pelaku karena pengembang ransomware berpengalaman akan sering menginstruksikan malware untuk tidak menginfeksi negara tertentu atau bahkan meminta tebusan yang berbeda, tergantung pada lokasi target. WannaCry tidak melakukan semua itu.

4. Sederhana, tapi Efektif

Meski WannaCry jauh tertinggal daripada Locky atau Cerber, fakta bahwa begitu banyak organisasi di seluruh dunia, termasuk sebagian besar rumah sakit di Inggris, terpukul oleh aksi tersebut. Hal ini menunjukkan ransomware bisa sederhana, tapi efektif.

Kemungkinan serangan semacam ini, yang menyebabkan kerusakan besar, bukan kali terakhir. "Ini adalah sesuatu yang akan terus terjadi di masa depan saat orang dapat menyalin dan menempelkan perangkat lunak perusak, menyalin kode NSA, dan itulah yang Anda dapatkan, malapetaka di seluruh dunia. Semakin banyak hal seperti itu akan terjadi," kata Maya Horowitz dari Check Point.

5. Gagal secara finansial

WannaCry dapat dilihat sebagai operasi yang gagal dari perspektif finansial bagi penyerang. Sebab, 300 korban telah membayar dan jumlahnya kurang dari US$ 100 ribu dalam seminggu. Meski demikian, epidemi tersebut telah mengangkat profil ransomware, baik untuk masyarakat umum maupun kemungkinan persaudaraan cybercriminal.

Baca: Serangan Ransomware WannaCry, Kaspersky: Indonesia Terparah Kedua

Ransomware telah mengalami sukses besar. Pada 2016, penerimaan cybercriminal US$ 1 miliar. Orang akan membayar uang tebusan untuk mendapatkan kembali file mereka yang terenkripsi.

ZDNET | ERWIN Z.

Berita terkait

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

3 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

4 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

6 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

8 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

18 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

22 jam lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

23 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

23 jam lalu

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

Investigasi baru NHTSA berfokus pada pembaruan perangkat lunak dari Tesla untuk memperbaiki masalah ini pada bulan Desember.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

1 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

1 hari lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya