Planet Venus Diduga Pernah Punya Kehidupan Layaknya Bumi

Reporter

Jumat, 4 Agustus 2017 10:50 WIB

cronodon.com

TEMPO.CO, Paris - Ilmuwan dari Universite Paris-Saclay mengungkap temuan unik terkait Venus: pernah punya kehidupan layaknya bumi. Itu terungkap dari sebuah simulasi baru yang menunjukkan planet ini pernah memiliki air dan mungkin pernah punya kehidupan di sana.

Studi yang terbit dalam Journal of Geophysical Research: Planet edisi 26 Juli 2017 itu mengungkap, di beberapa titik, Venus purba pernah punya cukup banyak awan. Kondisi tersebut memungkinkan planet kedua dalam tata surya kita ini cukup dingin untuk menciptakan samudera dangkal pada miliaran tahun lalu.

"Venus punya karbon dioksida yang sama dengan saat ini," tulis tim dalam jurnal berjudul "Thermal radiation of magma ocean planets using a 1-D radiative-convective model of H2O-CO2 atmospheres" itu. Kondisi tersebut, menurut tim, cukup untuk membiarkan air berada di permukaan dengan kondisi suhu yang dingin, meski cukup dekat dengan matahari.

Tim yang dipimpin Emmanuel Marcq, pakar astrofisikawan, ini memasukkan banyak kemungkinan untuk membuat simulasi Venus. Termasuk salah satunya rotasi. Venus berputar lebih lambat dari bumi. Putaran Venus memakan waktu sekitar 116 hari di bumi.

Selanjutnya: Faktor lain...
<!--more-->
Faktor lainnya adalah tingkat karbon dioksida, panas dari matahari, dan perkiraan jumlah air di Venus. Faktor-faktor ini berangkat dari studi sebelumnya dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tentang proses terbentuknya sebuah planet.

Dalam studi tersebut, tim ilmuwan NASA Goddard Institute for Space Studies (GISS) di New York menggunakan model yang biasanya dipakai untuk memprediksi perubahan iklim di bumi.

"Model ini bisa dipakai untuk melihat iklim planet lain, sekarang maupun masa lalu," kata Michael Way, anggota tim dari NASA, seperti dikutip dari laman berita Daily Mail, 3 Agustus 2017.

Way menjelaskan, Venus purba berbeda dengan yang sekarang. Menurut dia, proses terbentuknya sama dengan bumi, tapi berbeda dalam proses evolusi.

Ilmuwan dari Universitas Rice juga sempat menelurkan sebuah studi tentang Venus. Dalam studi tersebut dijelaskan, bahwa evolusi kecil dapat mengubah nasib sebuah planet. Bisa saja, tulis tim, Venus yang akan tumbuh hijau dan bumi yang menjadi planet mati.

Selanjutnya: Tim NASA...
<!--more-->
Tim NASA menyatakan, seperti bumi, Venus pernah memiliki samudera. Misi NASA ke Venus pada dekade 1980 memperkirakan Venus purba pernah memiliki samudera yang dangkal. Namun, karena lebih dekat dengan matahari, air lebih cepat menguap.

"Tanpa air di permukaan, karbon dioksida tumbuh di atmosfer dan menyebabkan efek rumah kaca," kata Anthony Del Genio. Studi ini memasukkan kemungkinan matahari purba yang lebih redup 30 persen ketimbang sekarang.

Simak berita menarik lainnya tentang Planet Venus dan bumi hanya di kanal Tekno Tempo.co.

JOURNAL OF GEOPHYSICAL RESEARCH PLANET | DAILY MAIL | AMRI MAHBUB

Berita terkait

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

2 jam lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

6 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

10 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

16 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

24 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

24 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

25 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

29 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

30 hari lalu

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.

Baca Selengkapnya

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

34 hari lalu

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard

Baca Selengkapnya