Keuntungannya, mereka akan dapat menguji secara teratur dan mempelajari kemanjuran obat, serta efek sampingnya. Ujungnya, keuntungan dari eksperiman ini adalah bisa menghasilkan hasil yang jauh lebih cepat, karena penelitiannya akan mirip dengan mempelajari subyek hewan.
Pada proses yang normal, semakin tinggi fase pengujian vaksin, semakin banyak sukarelawan diperlukan, dan mereka perlu diamati untuk jangka waktu yang lama. Itu karena para sukarelawan ini tidak terinfeksi penyakit ini dengan sengaja. Namun, mereka masih dapat terpapar, dan para peneliti akan melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat apakah vaksinnya berfungsi.
Beberapa komunitas ilmiah mendukung penerapan challenge trials khusus untuk kasus Covid-19. Direktur Pusat Bioetika Tingkat Populasi dari Rutgers University, Nir Eyal, menerangkan, ada konsensus yang muncul di antara semua orang yang telah memikirkan hal ini dengan serius.
"Berita besarnya adalah WHO tidak mengatakan challenge trials dilarang, ini menentukan langkah yang masuk akal tentang bagaimana pengujian dilakukan," katanya.
Profesor Andrew Pollard, pemimpin program pengembangan vaksin di Institut Jenner University of Oxford, memiliki minat besar dalam percobaan ini namun mengakui sangat hati-hati. "Tapi saya pikir itu tidak perlu dikesampingkan karena itu bisa menjadi salah satu cara kita mendapatkan jawaban, lebih cepat," katanya.
Namun, tidak jelas kapan challenge trials untuk kandidat vaksin Covid-19 dimulai. Sekarang posisi WHO sudah diketahui, dan kemungkinan beberapa laboratorium yang mengembangkan obat-obatan ini akan mulai mempertimbangkan uji coba tantangan mereka sendiri.
Saat ini penelitian vaksin virus corona telah dilakukan oleh lebih dari 115 tim peneliti dan ada lebih dari 14 ribu orang di lebih dari 100 negara yang terlibat. Beberapa dari mereka bahkan telah memberikan janji dalam pengujian laboratorium dan telah mencapai berbagai fase uji coba hewan dan manusia.
BGR | THE GUARDIAN | JOHNS HOPKINS