TEMPO.CO, Jakarta - Hong Kong mengalami gelombang omicron yang menjulang tinggi antara Januari dan Maret. Akibatnya adalah salah satu tingkat kematian tertinggi yang pernah dialami dunia di tengah pandemi.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Jumat, 8 April 2022, oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), CDC AS bermitra dengan CDC Cina untuk pemeriksaan postmortem tentang lonjakan mematikan itu. Analisis menyoroti kesalahan fatal ketika mengabaikan vaksinasi orang tua.
Hingga akhir Desember 2021, sekitar 67 persen penduduk Hong Kong yang memenuhi syarat vaksin telah divaksinasi dengan setidaknya satu dosis. Sekitar 64 persen memiliki dua dosis, dan hanya 5 persen yang memiliki booster. Tetapi jumlahnya menurun seiring bertambahnya usia.
Dari orang berusia 60 tahun ke atas, hanya 52 persen yang memiliki satu dosis atau lebih. Untuk mereka yang berusia 70 hingga 79 tahun, hanya 48 persen yang memiliki setidaknya satu dosis. Dan untuk mereka yang berusia 80 tahun ke atas, hanya 20 persen yang memiliki setidaknya satu dosis.
Pada 6 Januari, para pejabat di Hong Kong mendeteksi kelompok pertama kasus omicron di kota itu, memicu wabah yang memuncak pada 4 Maret. Hingga 21 Maret, para pejabat telah mencatat total 1.049.959 kasus dan 5.906 kematian terkait Covid-19. Angka kematian adalah 38 per juta orang, salah satu yang tertinggi di dunia.
Dari 5.906 kematian Covid-19 selama gelombang omicron, 96 persen di antaranya adalah orang berusia 60 tahun ke atas. Secara keseluruhan, membandingkan tingkat kematian dengan orang yang berusia di bawah 30 tahun, orang yang berusia 60 tahun ke atas 253 kali lebih mungkin meninggal, dan orang berusia 80 tahun ke atas 946 kali lebih mungkin meninggal.
Dari 60 orang ke atas yang meninggal, 70 persen (3.970 dari 5.655) tidak divaksinasi, dan tambahan 18 persen (1.023 dari 5.655) hanya mendapat satu dosis vaksin. Secara keseluruhan, orang yang tidak divaksinasi berusia 60 dan lebih tinggi 21 kali lebih mungkin meninggal daripada orang dalam kelompok usia yang memiliki setidaknya dua dosis.
Tidak jelas mengapa relatif sedikit orang dewasa yang lebih tua di Hong Kong dan di tempat lain di Cina yang divaksinasi. Penulis analisis CDC mencatat bahwa survei Juni 2021 di Hong Kong menemukan bahwa 57 persen orang ragu-ragu atau resisten terhadap vaksin Covid-19.
“Strategi Covid-Zero yang dinamis, berhasil hingga munculnya varian omicron, mungkin telah menghasilkan kepuasan lebih lanjut, terutama di kalangan orang tua,” para penulis berspekulasi, sebagaimana dikutip Ars Technica, 9 April 2022.
Mereka mencatat bahwa sejak gelombang omicron dimulai, vaksinasi di antara orang dewasa yang lebih tua telah meningkat secara substansial. Pada 21 Maret, vaksinasi di antara orang berusia 60 hingga 69 tahun meningkat dari 65 persen menjadi 81 persen; pada mereka yang berusia 70 hingga 79 tahun, vaksinasi meningkat dari 48 persen menjadi 69 persen; dan di antara mereka yang berusia 80 tahun ke atas, vaksinasi meningkat dari 20 persen menjadi 39 persen.
Namun, angka-angka itu rendah dibandingkan dengan yang ada di AS dan Eropa. Dan di Cina daratan, hanya sekitar setengah dari mereka yang berusia 80 tahun ke atas yang telah divaksinasi penuh, menurut data dari bulan Maret.
Saat omicron melonjak di Shanghai, analisis tersebut memberikan ajakan bertindak yang jelas. "Laporan ini menggarisbawahi bahwa vaksinasi mengurangi tingkat kematian Covid-19 pada populasi orang dewasa yang lebih tua dan meminta perhatian pada pentingnya pemantauan cakupan vaksinasi spesifik usia, mengidentifikasi perbedaan dalam tingkat vaksinasi spesifik usia, dan mengatasi kesenjangan cakupan tersebut," tulis CDC AS dalam sebuah pernyataan.
ARS TECHNICA
Baca:
Kasus Covid-19 di Hong Kong Melonjak, Sehari Bertambah 27 Ribu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.