TEMPO.CO, Jakarta - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan mengancam demokrasi di banyak negara, terutama yang akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu).
Hal tersebut diungkap oleh Dame Wendy Hall, profesor ilmu komputer spesialis AI dari University of Southampton, pada acara televisi Beth Rigby Interviews. Ia juga merupakan anggota Dewan AI Britania Raya, sebuah komite ahli independen yang memberikan saran kepada pemerintah dan memegang kepemimpinan tertinggi seputar ekosistem AI.
Dame Wendy mengatakan bahwa kemampuan AI untuk merusak demokrasi harus menjadi perhatian khusus daripada ancaman eksistensial lain yang ditimbulkan oleh teknologi. Ia juga mengungkap keprihatinan atas proyek Neuralink milik Elon Musk yang memicu sejumlah masalah etik.
Lebih lanjut, Dame Wendy melihat kemungkinan pertumbuhan disinformasi dan deepfake (citra rekayasa) karena AI membuatnya sangat mudah dilakukan. Orang-orang bisa bebas mengakses perangkat lunak AI lewat internet sehingga makin sulit untuk mendeteksi kebenaran suatu video, foto, atau sekadar tulisan.
Ancaman AI terhadap eksistensi manusia ratusan tahun ke depan bukanlah masalah utama saat ini. Dalam konteks pemilu 2024 yang bakal berlangsung di beberapa negara, masyarakat perlu masih dibantu dalam memperoleh informasi di internet.
“Bahkan masih banyak orang awam yang perlu dibantu dalam menyaring informasi dari internet," ujar Wendy diseperti dikutip dari Skynews, Rabu 21 Juni 2023.
Wendy kemudian menyebut bahwa klaim AI memiliki kekuatan untuk “membunuh banyak manusia” dalam waktu dua tahun adalah reaksi berlebihan. Menurutnya, risiko AI sama sekali belum mendekat ke arah situ.
Walau demikian, manusia harus senantiasa berupaya menjaga AI berada di bawah kendali mereka, bukannya malah menjadi budak teknologi. Dari situlah dasar pembentukan peraturan maupun kebijakan berasal.
Wendy ingin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global AI di Inggris pada Oktober mendatang berfokus pada kasus deepfake, rekayasa gambar atau video yang melibatkan rupa seseorang. Ia pun menekankan perlunya teknologi untuk mendeteksi deepfake atau disinformasi lainnya dan memastikan bahwa sesuatu berasal dari sumber terpercaya.
Selain deepfake, Wendy menunjukkan hal-hal lain yang bisa menjadi tidak terkendali dalam beberapa generasi ke depan, misal ancaman nuklir atau perang biologi-kimia. Teknologi atau mesin AI tertentu sangat mungkin untuk mengembangkan obat-obat mematikan dengan sengaja. Dame Wendy kemudian menyinggung kegagalan industri medis dalam pengawasan obat berbahaya seperti Talidomid.
Terlepas dari segala ancaman yang ditimbulkan, AI memang dapat meningkatkan pengambilan keputusan oleh politisi dengan membantu mereka memadatkan informasi menjadi lebih terarah. Menurut Dame Wendy, itu akan memperbaiki pembicaraan para politisi yang sering kali berdasar pada hal-hal yang tidak mereka pahami. Praktik tersebut berhubungan dengan kemampuan AI generatif dalam meringkas suatu dokumen secara cepat.
Masalah Privasi
Dame Wendy juga berbicara tentang polemik Rancangan Undang-Undang (RUU) Keamanan Siber di Inggris. RUU ini bertujuan melindungi anak-anak dan menargetkan pelaku hoaks atau tindakan ilegal lainnya. Namun, langkah tersebut dikritik karena pemerintah dan pihak berwenang akan memiliki atas akses ke informasi perpesanan pribadi.
Perusahaan teknologi turut mengungkap tuntutan pemerintah untuk menyediakan “pintu belakang” ke pesan pribadi orang-orang yang tentu bakal melemahkan perlindungan dari penjahat siber. Oleh karena itu, Dame Wendy ingin perusahaan teknologi bertanggung jawab atas hal-hal buruk yang dapat terjadi dan lacak dari mana asalnya tanpa harus mengganggu privasi pengguna.
Persoalan lain datang dari hak kebebasan berpendapat. Sangat sulit bagi perusahaan atau pemerintah memutuskan apa yang bisa dan tidak bisa masyarakat katakan melalui internet.
Belum lagi perdebatan tentang Neuralink yang bertujuan menghubungkan otak manusia dan komputer. Walau sangat berguna bagi penyandang disabilitas, teknologi tersebut mampu membaca gelombang otak penggunanya yang lagi-lagi menimbulkan masalah privasi.
Sebagai penutup, Dame Wendy mengakui bahwa dunia teknologi modern tampak sedikit menakutkan. Ia berharap agar setiap pelaku AI di seluruh dunia benar-benar memahami apa yang sedang mereka kerjakan.
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM | SKY NEWS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
066