Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

10 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia dan Profil Singkatnya

Reporter

image-gnews
Pria kenakan pakaian menyerupai Proklamator Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi di acara Napak Tilas Proklamasi Republik Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta, 16 Agustus 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Pria kenakan pakaian menyerupai Proklamator Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi di acara Napak Tilas Proklamasi Republik Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta, 16 Agustus 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-78, alangkah lebih baik apabila mengingat kembali perjuangan pahlawan kemerdekaam. Tanpa kehadiran mereka, kemerdekaan di Indonesia mungkin tidak bisa diraih. 

Sebagian besar masyarakat mungkin hanya mengenal dua proklamator sekaligus presiden dan wakil presiden pertama RI, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia. Padahal, ada banyak sosok lainnya yang berperan penting dalam perjuangan menuju proklamasi 17 Agustus 1945. 

Daftar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia

Dilansir dari Seri Pengenalan Tokoh Sekitar Proklamasi Kemerdekaan (2010) oleh Direktorat Nilai Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, berikut beberapa pahlawan kemerdekaan RI dan biografi singkatnya. 

1.    A.A. Maramis

Alexander Andries Maramis atau A.A. Maramis dilahirkan di Manado pada 20 Juni 1897. Ia adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda. Selama belajar di bangku kuliah, dia banyak bertemu tokoh-tokoh pergerakan yang tergabung dalam Indische Vereeniging, kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI), seperti Mohammad Hatta dan Sam Ratulangi. 

Setelah lulus, dia menjadi seorang pengacara di Palembang, Semarang dan Jakarta. Keputusannya untuk bekerja sebagai advokat dilatarbelakangi niatnya untuk membantu orang-orang terjerat kasus hukum. Tak hanya itu, dia ingin mengumpulkan kekayaan sebagai bekal untuk membiayai perjuangan menuju kemerdekaan. 

2.    Abdul Kahar Mudzakkir

Abdul Kahar Mudzakkir lahir dengan nama Daihar di Kotagede pada 16 September 1907. Ayahnya adalah Kiai Haji Mudzakkir, seorang pemuka agama Islam dan pengurus masjid di daerah kelahirannya. Ibunya bernama Chotijah yang berasal dari keturunan pedagang. 

Kahar dikenal sebagai seseorang yang mudah bergaul. Ketika kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, dia aktif menghadiri pertemuan organisasi-organisasi. Berkat kegigihannya, banyak negara, khususnya negara-negara Timur Tengah bersimpati dan mendukung Indonesia untuk merdeka. 

3.    Abdul Rahman Baswedan

A.R. Baswedan lahir di Kampung Ampel, Surabaya pada 9 September 1908. Meski darah Arab mengalir dalam tubuhnya, dia menjadi orang pertama yang menyatakan keturunan Arab bukanlah warga negara asing (WNA), tetapi warga negara Indonesia (WNI). A.R. Baswedan diketahui merupakan kakek Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Demi membuktikan pernyataannya itu, A.R. Baswedan kemudian mendirikan partai politik bernama Partai Arab Indonesia (PAI). Menjelang kemerdekaan, A.R. Baswedan berpidato di hadapan para pemimpin pergerakan nasional dan dengan tegas mengatakan, “Saya sudah memberi penjelasan bahwa tidak ada peranakan Arab yang menginginkan dan mencita-citakan kerakyatan lain, selain kerakyatan Indonesia.” 

4.    Adam Malik

Semasa belia, Adam Malik pernah berkhayal untuk ikut ambil bagian dalam dunia perpolitikan. Ia lahir dan dibesarkan di dalam keluarga pedagang yang berkecukupan di Pematang Siantar, Sumatera Timur. 

Melihat banyak kuli yang bekerja di daerah perkebunan diperlakukan kasar oleh pengusaha Belanda, Adam Malik berharap dapat mengubah nasib pekerja-pekerja itu. Untuk mencapai cita-citanya, dia terjun ke dunia politik dan menjadi anggota Partai Indonesia (Partindo) Ia lalu merantau ke Jakarta dan bertemu dengan tokoh-tokoh politik. Berkat hal itu, dia bertransformasi menjadi orator ulung. 

5.    Ahmad Soebardjo

Pada masa kekuasaan Jepang, Ahmad Soebardjo ditawari pekerjaan menjadi Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang (Kaigun Bukanhu) di bawah kepemimpinan Laksamana Muda Maeda. Ia bertugas memberikan data-data kehidupan masyarakat Indonesia. 

Selama bekerja, pemikiran-pemikirannya tentang pendekatan kemanusiaan dalam masalah politik semakin berkembang. Menjelang proklamasi, Ahmad Soebardjo berperan membawa Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta setelah diculik ke Rengasdengklok. Ia mampu meyakinkan para pemuda supaya dua pahlawan nasional itu segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 

6.    Jenderal Soedirman

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di balik nama besar Jenderal Soedirman, sebenarnya dia adalah anak desa yang dilahirkan di lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya bernama Karsid Kartowirodji, seorang pekerja pabrik gula di Kalibagor, Banyumas. Sedangkan ibunya, Siyem, seorang gadis keturunan Wedana Rembang. 

7.    Chaerul Saleh

Chaerul Saleh Datuk Paduko Rajo lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 13 September 1916. Dia merupakan anak dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai dokter, yaitu Achmad Saleh dan Zubaidah. 

Ayahnya menginginkan Chaerul Saleh untuk meneruskan pekerjaan keluarga sebagai dokter. Namun, dia memilih menempuh pendidikan ke Recht Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum. Sayangnya, ia gagal lulus ujian karena terlalu aktif mengikuti kegiatan politik. 

Menjelang kemerdekaan, rumah Chaerul di Jalan Pegangsaan Barat menjadi tempat berkumpul para pemuda. Di sana, pertemuan berkala rutin dilakukan untuk mendiskusikan perjuangan. 

8.    G.S.S.J Ratulangi

Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau dikenal dengan nama Sam Ratulangi adalah salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia yang lahir di Minahasa, Sulawesi Utara pada 5 November 1890. Ia mempunyai semboyan “si tou timou tumou tou”, artinya kemanusiaan, bahwa manusia harus bisa menghormati sesama manusia. 

Menurut catatan sejarah, Sam Ratulangi menjadi orang pertama yang mengemukakan istilah “Indonesia” untuk menggantikan Hindia Belanda. Melalui pidato-pidatonya yang keras, dia mengecam kebijakan pemerintahan era kolonialisme. Berkat keberaniannya itu, dia diberi gelar Tonaas oleh rakyat Sulawesi. 

9.    Agus Salim

Agus Salim lahir di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884. Ayahnya, Angku Sutan Mohammad Salim adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau dan ibunya bernama Siti Zaenab. Kedua orang tuanya memberi nama Mashudul Hag yang berarti pembela kebenaran. Namun, pengasuhnya yang berasal dari Jawa selalu menyebutnya Gus (anak bagus), sehingga nama Agus Salim lebih dikenal. 

Peranan Agus Salim dalam kemerdekaan Indonesia, yaitu menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lembaga tersebut bertugas membuat draf Undang-Undang Dasar yang kemudian disempurnakan oleh Panitia Penghalus Bahasa. 

10.    I Gusti Ketut Pudja

I Gusti Ketut Pudja lahir di Desa Sukasade, Singaraja, Bali pada 19 Mei 1908. Pada pertengahan Agustus 1945, dia ditunjuk menjadi perwakilan Sunda Kecil (Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Timur) untuk menghadiri rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Ia juga datang ke rumah Laksamana Muda Maeda pada 16 Agustus 1945 malam ketika teks proklamasi kemerdekaan disusun. Setelah Indonesia merdeka, dia dilantik menjadi Gubernur Sunda Kecil. 

MELYNDA DWI PUSPITA 

Pilihan Editor: Manfaat Aneka Lomba Hari Kemerdekaan buat Kesehatan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

18 jam lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

23 jam lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

1 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

12 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

20 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

34 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru


Ini Alasan Kenapa Kemerdekaan Palestina Sulit Didapat

13 Februari 2024

Pendemo membawa bendera Palestina saat mengikuti aksi protes untuk menandai 100 hari sejak dimulainya konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas  di London, Inggris, 13 Januari 2024. Massa mendesak terjadinya
Ini Alasan Kenapa Kemerdekaan Palestina Sulit Didapat

Ada beberapa alasan mengapa Palestina sulit mendapat kemerdekaan


Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

John Lie.
Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?


76 Tahun Kepergian Mahatma Gandhi, Berikut 4 Gagasannya untuk Kemerdekaan India

31 Januari 2024

Mahatma Gandhi. Getty Images
76 Tahun Kepergian Mahatma Gandhi, Berikut 4 Gagasannya untuk Kemerdekaan India

Mahatma Gandhi penggagas konsep Ahimsa, Satyagraha, Swadesi, dan Hartal. Mengenang tokoh India yang ditembak 76 tahun lalu.