TEMPO.CO, Bandung - Kalangan dosen dan mahasiswa, seperti di Telkom University dan Institut Teknologi Bandung menjadikan sampah sebagai topik riset. Lokasi penelitiannya di tempat pembuangan sampah kampus.
”Di situ munculnya inovasi dari sampah,” kata Kepala Bagian Maintenance and Sustainability Telkom University Deni Wahyu, Senin, 25 September 2023.
Deni mencontohkan di tempat pengolahan sampah ada mesin pembuatan pelet dari bahan limbah buatan dosen, mesin Rajang dan mesin tepung. Dari tempat seluas 5.000 meter persegi itu, puluhan dosen dan mahasiswa membuat beragam alat pengolahan sampah dan tugas akhir kuliah.
“Untuk menguji tingkat keasamaan kompos, menghitung suhu maggot (belatung),” kata Deni.
Telkom University Bandung sejak tiga tahun belakangan ini mengolah sendiri sampah dari kampus. Jumlahnya mencapai lima ton per hari, terdiri dari dua ton sampah organik seperti dedaunan dan sisa makanan. Kemudian tiga ton lainnya dari sampah anorganik.
Setelah dipilah, sampah organik diolah untuk pakan unggas dan ikan, sementara limbah anorganik sebagian dijual dan dibakar.
Di kampus lain, yaitu Institut Teknologi Bandung, sampah diteliti oleh Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, sebagian besar mahasiswa program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, program studi Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air, serta Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, bersama dosen pembimbing.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto, di kampus ITB Jatinangor riset tentang limbah berkisar pada pengumpulan dan karakterisasi sampah, pengomposan dan pemanfaatanya, serta pengolahan limbah sisa makanan dengan biodigister.
“Pernah juga ada studi untuk pemanfaatan insinerator,” kata Naomi, Senin.
Sementara di kampus ITB Jalan Ganesha Kota Bandung, sampah dikumpulkan dekat gedung Sasana Budaya Ganesha atau Sabuga. Sebagian diolah di ITB untuk menjadi kompos, sedangkan sampah daur ulang seperti botol plastik dijual ke Bank Sampah Dinas Lingkungan Hidup di daerah Jalan Kiaracondong.
Sampah daun dikirim ke tempat pembuangan sementara sampah di Jalan Holis. Limbah itu dipakai sebagai sampah Refuse Derived Fuel atau RDF untuk digunakan sebagai bahan bakar industri.
Sampah selebihnya diangkut ke tempat pembuangan akhir atau TPA sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup. Sejauh ini ITB tidak memiliki insinerator.
Beberapa kebijakan ITB terkait pengelolaan sampah seperti pembentukan tim penanganan sampah, rencana aksi pengelolaan sampah berkelanjutan, pengelolaan sampah domestik secara terpusat di kampus ITB, dan standard operating procedur tentang penanganan sampah dan limbah bahan beracun dan berhaya atau B3.
Pilihan Editor: ITB Full Team Atasi Kebakaran Sampah di TPA Sarimukti Bandung