TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok peneliti dari Pusat Riset Agro Industri Badan Riset Inovasi Nasional atau BRIN menyiapkan malam atau lilin dari bahan kelapa sawit bagi kalangan perajin batik. Ketua tim Indra Budi Susetyo mengatakan, risetnya dirintis sejak 2013-2014. “Formulanya akan terus dikembangkan,” katanya Senin, 25 September 2023.
Malam atau lilin yang kini digunakan perajin batik sejak lama berasal dari parafin juga microwax yang berasal dari minyak bumi. Bahannya diperoleh dari hasil proses penyulingan minyak bumi.
Riset tim dengan menggunakan sumber lain yaitu dari minyak kelapa sawit, di antaranya untuk mengantisipasi jika parafin dan sejenisnya sulit diperoleh karena produksi minyak bumi berkurang. “Sementara kita produksi sawit luar biasa besarnya,” ujar Indra.
Dia menyatakan malam atau lilin dari minyak kelapa sawit berfungsi sama dengan parafin pada proses membatik yaitu merintangi garis gambar motif pada kain saat pewarnaan. Tahap pengujiannya dilakukan sambil melibatkan perwakilan kalangan pembatik di Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon. Sebagian pembatik ada yang menerima, tapi ada juga suara keluhan.
Tim riset menjadikan masalah yang muncul sebagai masukan untuk perbaikan. Misalnya, soal lilin dari bahan sawit yang lengket ketika dipakai, juga kecepatan membekunya. Menurut Indra, malam atau lilin yang dibuat merupakan bahan dasar.
“Kemudian dimodifikasi pembatik dengan bahan lain kecuali pengrajin kelompok kecil,” katanya. Cara itu untuk memenuhi kebutuhan tertentu seperti lebih murah atau lancar digunakan.
Riset lilin minyak sawit
Hasil riset lilin dari minyak sawit itu menurut Indra sudah dibuat oleh perusahaan mitra dalam bentuk padat. Harganya kurang dari Rp25 ribu per kilogram atau lebih murah dari parafin yang berkisar Rp27-30 ribu per kilogram. Produk itu ikut dipamerkan di acara Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2023 pada 20 hingga 23 September 2023 di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong.
Dari hasil pengujian, pada penggunaan malam batik sawit juga tidak ditemukan adanya rembesan warna yang masuk pada batik, tahan terhadap larutan alkali dan asam yang digunakan pada proses pewarnaan, dan proses pelorotan malam batik menjadi mudah terlepas.
Menurut Kepala BRIN Laksana Tri Handoko lewat keterangan tertulis di laman instansinya, produk riset itu untuk mendukung keberlangsungan pelestarian batik sebagai budaya Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO. Industri batik melibatkan 55 ribu orang perajin di Indonesia yang didominasi pelaku usaha usaha kecil mikro dan menengah atau UMKM.
Pilihan Editor: Kisah Guru Besar Unair Jadi Dokter Forensik 18 Tahun, Terlibat Kasus Mutilasi Kenjeran Hingga Brigadir J
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.