TEMPO.CO, Jakarta - Suhu panas di musim kemarau masih terus melanda wilayah Indonesia. Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah mencatat suhu udara tertinggi 38°C pada periode 12 Oktober-13 Oktober 2023, sedangkan Stasiun Meteorologi Ahmat Yani mencatat suhu tertinggi 37,4°C .
Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan ada beberapa faktor yang membuat suhu relatif tinggi dalam rentang seminggu ini. “Wilayah Indonesia terutama di bagian selatan pada saat ini mengalami musim kemarau,” ujarnya lewat pesan singkat, Minggu, 15 Oktober 2023.
Selain itu, wilayah Indonesia sedang mengalami fenomena El-Nino dan IOD positif. Ketika kedua fenomena ini terjadi bersamaan, biasanya wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau yang lebih kering dari biasanya.
Suhu maksimum harian di Indonesia pada 12-13 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB. (Instagram/@infobmkg)
Ia mengatakan, dalam kondisi seperti itu, jumlah uap air dan pertumbuhan awan cenderung minimal. Tutupan awan yang sedikit menyebabkan radiasi Matahari mencapai permukaan Bumi tanpa halangan apapun dan menyebabkan suhu yang tinggi pada siang hari.
Data dari sadewa.brin.go.id memperlihatkan jumlah uap air total di atas wilayah Indonesia dengan kondisi kering di atas wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk di wilayah Palembang (kelembapan 30 persen) dan Jawa Tengah (kelembapan 40 persen).
Selain itu, posisi semu Matahari bergerak dari belahan bumi utara ke selatan dan melintasi ekuator pada tanggal 23 September 2023 yang disebut equinox. Karena fenomena histeresis, panas yang dipancarkan permukaan Bumi biasanya mengalami keterlambatan dan mencapai maksimum sekitar satu bulan setelah equinox. “Tidak mengherankan jika saat ini terasa lebih panas,” jelasnya.
Hal lain adalah dampak dari fenomena pemanasan global dan perubahan iklim yang semakin meningkat, yang menyebabkan suhu pada tahun 2023 ini mencapai rekor yang tertinggi.
Didi menyebut, saat ini wilayah Indonesia juga menghadapi musim pancaroba di mana angin monsun Australia akan mulai melemah dan pemanasan lokal akan meningkat terutama pada siang/sore hari.
“Walaupun jumlah uap air cenderung berkurang pada saat El-Nino dan IOD positif, namun gangguan atmosfer dapat menyebabkan konveksi yang kuat serta pertumbuhan awan dan hujan disertai petir,” ujarnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.