TEMPO.CO, Jakarta - Tiga dosen Universitas Airlangga (Unair) masuk dalam jajaran World’s Top 2% Scientist tahun 2023 yang dirilis oleh Stanford University dan Elsevier. Elsevier merupakan perusahaan penerbitan akademik asal Belanda.
Ketiga dosen itu adalah Ferry Efendi, Ratna Dwi Wulandari dan Moh Yasin. Ketiganya berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Ferry berasal dari Fakultas Keperawatan, sementara Ratna dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, sedangkan Yasin dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Sebelumnya, Ferry sudah pernah masuk dalam jajaran top 2 persen peneliti dunia. Tahun lalu, nama Ferry juga masuk dalam daftar yang sama.
Atas pencapaiannya tahun ini, Ferry mengungkapkan rasa syukurnya. “Suatu pencapaian yang harus saya syukuri, sekaligus mengingatkan bahwa banyak pekerjaan rumah yang menanti," ujarnya, dikutip dari keterangan tertulis Unair pada Rabu, 25 Oktober 2023.
Sementara itu, Ratna sempat tidak percaya bahwa dirinya masuk dalam jajaran top 2 persen peneliti dunia. Untuk pertama kalinya, nama Ratna masuk dalam prestasi yang bergengsi ini.
Capaian baru ini menjadi sebuah tantangan baru bagi Ratna. “Pastinya bersyukur bisa sampai pada pencapaian ini. Saya pribadi merasa ini justru menjadi tantangan tersendiri,” kata Ratna.
Adapun kunci dari perjuangan ketiga dosen ini adalah terus berproses, jalin kolaborasi, tekun, komitmen.dan kerja keras. Prestasi ini merupakan peringkat paling prestisius secara global bagi dosen dan peneliti.
Para dosen dan peneliti harus melewati proses seleksi dan mengalahkan lebih dari 180 ribu peneliti dari seluruh dunia. Salah satu indikator proses seleksi adalah prestasi ilmiah akademisi yang terukur dengan indeks bibliometrik data Scopus.
“Kriterianya peneliti yang memiliki H-Indeks Scopus yang tinggi, faktor dampak yang tinggi, total kutipan yang signifikan dan indikator bibliometrik lain yang kuat,” ujar Ferry.
Berbagi tips menulis jurnal ilmiah
Ferry mengatakan tips untuk tetap produktif menulis adalah menetapkan jadwal dan mencari mentor. Agar tetap produktif, perlu menetapkan jadwal rutin dan mencari dukungan dari jaringan akademik ataupun mentor.
“Selain itu, kegiatan Unair Menulis bagi saya merupakan salah satu contoh praktik baik untuk membangun budaya menulis bagi akademisi,” kata dosen Keperawatan ini.
Menurut Ferry, dukungan Unair sangat holistik dari hulu ke hilir. Ekosistemnya tertata dan mendukung seluruh sivitas akademika level manapun untuk berdampak." Tak hanya terbatas pada skala nasional, namun juga international,” ujarnya.
Ratna menekankan dalam menulis jurnal ilmiah, jangan mudah putus asa. Di samping itu, berlapang dada menerima kritikan dengan tangan terbuka tak kalah pentingnya. “Tidak boleh melibatkan perasaan dalam urusan jurnal ilmiah. Jangan menjadi tidak percaya diri, jika tulisan mendapat kritik. Semakin banyak kritik, maka peluang untuk menjadikan jurnal ilmiah lebih baik makin terbuka lebar."
Pilihan Editor: Mahasiswa Battra Unair Beri Edukasi Cegah Asam Urat dan Hipertensi dengan Akupuntur dan Herbal