TEMPO.CO, Jakarta - Kekhawatiran kemanusiaan meningkat karena Afghanistan tidak diikutsertakan dalam perundingan iklim PBB selama tiga tahun berturut-turut. Saat ini Afghanistan bergulat dengan kekeringan dan banjir yang semakin parah.
Lusinan orang tewas di Afghanistan, salah satu negara paling rentan di dunia terhadap perubahan iklim, setelah hujan lebat memicu banjir bandang yang melanda wilayah yang dilanda kekeringan pada awal tahun ini.
Namun negara ini tidak hadir dalam KTT iklim COP28 di Dubai, karena tidak diikutsertakan dalam perundingan PBB sejak Taliban mengambil alih Kabul pada tahun 2021.
Tidak ada pemerintah asing yang secara resmi mengakui kepemimpinan Taliban. Negara ini juga tidak mempunyai kursi di Majelis Umum PBB.
Para pejabat asing mengecam pembatasan yang dilakukan Taliban terhadap perempuan sebagai alasan kebijakan isolasionis saat ini. Terutama dalam soal larangan perempuan dan anak perempuan bersekolah di sekolah menengah atas dan universitas.
Namun, beberapa pihak mempertanyakan berlanjutnya pengucilan Afghanistan. Pejabat kemanusiaan dan internasional mengatakan kepada Reuters bahwa mereka melakukan upaya tahun ini untuk mengizinkan perwakilan Afghanistan hadir, bertepatan dengan pembicaraan yang lebih luas antara pemerintah asing dan lembaga multilateral tentang cara menangani Taliban.
Meskipun pada akhirnya tidak berhasil, “ada harapan bahwa mungkin tahun depan Anda akan melihat kembali keterlibatan dengan Afghanistan dalam kapasitas tertentu,” kata Qiyamud Din Ikram dari lembaga nirlaba Refugees International di sela-sela KTT COP28.
DAMPAK TERHADAP WANITA
Biro COP Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yang bertanggung jawab untuk mengakreditasi pihak-pihak yang menghadiri KTT tahunan, pada pertemuan November 2022 memutuskan untuk menunda keputusan tentang perwakilan Afghanistan di masa depan.
Pemerintahan Taliban menyebut pengucilan mereka pada COP28 “disesalkan”.
“Upaya telah dilakukan agar perwakilan Afghanistan berpartisipasi dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-28…tetapi tidak ada tanggapan positif yang diterima,” kata Rouhullah Amin, kepala adaptasi iklim di Badan Perlindungan Lingkungan Nasional (NEPA) negara tersebut, yang sekarang menjabat sebagai presiden Taliban.
Sumber senior PBB mengatakan PBB dan pejabat internasional lainnya telah melakukan upaya dalam beberapa bulan terakhir untuk menghadirkan pejabat NEPA dan perwakilan Afghanistan lainnya di COP28.
UNFCCC tidak menanggapi permintaan komentar mengenai kurangnya partisipasi Afghanistan di COP28.
Di pedesaan Afghanistan, perempuan bertanggung jawab mengambil air untuk keluarga mereka, sebuah tugas yang semakin sulit seiring negara tersebut berjuang melawan kekeringan.
Perempuan merupakan bagian dari 20 juta warga Afghanistan yang menghadapi kerawanan pangan parah, yang diperburuk dengan menurunnya bantuan pangan ketika pemerintah memangkas dana kemanusiaan Afghanistan.
Pilihan Editor: 20 Kampus Terbaik Indonesia dalam QS WUR Sustainability 2024, ITB Memimpin
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.