TEMPO.CO, Jakarta - Awan cumulonimbus terkenal karena menjadi salah satu awan yang paling dihindari dalam dunia penerbangan karena membahayakan pesawat. Namun selain cumulonimbus, awan lain yang juga berbahaya bagi penerbangan adalah awan pyrocumulonimbus.
Dikutip dari Wxguys.ssec.wisc.edu, awan pyrocumulonimbus terbentuk dari udara yang naik akibat pemanasan intensif permukaan oleh fenomena seperti kebakaran hutan atau letusan gunung api. Api yang menghasilkan awan ini bisa disebabkan oleh manusia atau alam.
Kebakaran besar menghasilkan arus udara yang kuat ke atas yang membawa uap air dan abu ke atas. Uap air dapat mengembun pada abu dan membentuk tetesan awan. Gerakan ke atas yang kuat ini menghasilkan awan pyrocumulus yang mirip dengan awan badai petir, yang juga terbentuk akibat gerakan udara yang kuat ke atas.
Dilansir dari Rmets.org, awan pyrocumulonimbus dilaporkan terjadi selama kebakaran hutan di Australia pada akhir 2019 hingga 2020, dan beberapa waktu belakangan ini telah diamati di Siberia seiring gelombang panas di Arktik. Kebakaran hutan intens ini mencapai suhu di atas 800 derajat Celsius dan pada dasarnya dapat menciptakan sistem cuaca mereka sendiri.
Asap panas yang dilepaskan dari kebakaran ini berfungsi sebagai semburan panas ke atmosfer. Udara dalam semburan itu sangat panas, sehingga udara tersebut naik dengan cepat. Saat udara naik, ia mendingin dan memuai. Setelah cukup mendingin, uap air mengembun pada abu untuk membentuk awan berwarna abu-abu atau coklat di atas semburan tersebut.
Dalam dunia penerbangan, awan tersebut berbahaya bagi pesawat yang melintasinya. Dikutip dari Ncesc.com, awan pyrocumulonimbus dapat menghasilkan arus naik yang kuat dan menyebabkan turbulensi pesawat. Hal tersebut berisiko bagi pesawat untuk bermanuver melaluinya. Selain itu, awan-awan ini sering disertai oleh asap dan abu, yang dapat mengurangi visibilitas dan merusak mesin pesawat.
M. RIZQI AKBAR
Pilihan Editor: Apa Saja Bahaya Awan Cumulonimbus bagi Penerbangan?