Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hasil Studi Ini Sebut Daging Ular Piton Paling Lestari Dibandingkan Ternak Lain

Reporter

image-gnews
Pekerja di peternakan Ular piton yang membudidayakan ular untuk diambil dagingnya di Asia Tenggara. Newscientist/Dan Natusch
Pekerja di peternakan Ular piton yang membudidayakan ular untuk diambil dagingnya di Asia Tenggara. Newscientist/Dan Natusch
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Daging apa yang paling lestari? Menurut sebuah studi peternakan di Thailand dan Vietnam yang membudidayakan ular untuk diambil dagingnya, jawabannya mungkin piton atau sanca.

Soal efisiensi mengubah makanan menjadi daging, kata pakar ekologi, biologi evolusioner, dan manajemen satwa liar dari perusahaan konsultan EPIC Biodiversity,  Daniel Natusch, bangsa ular adalah yang tertinggi. "Tak ada spesies satwa lainnya yang pernah dipelajari hingga kini yang memiliki tingkat produksi yang sama dengan piton."

Ular telah lama diternakkan dalam skala kecil untuk mendapatkan produk spesialis, seperti bisa. Baru belakangan mereka mulai dimanfaatkan pula untuk dagingnya.

Natusch dkk mengukur pertumbuhan dari hampir 5000 piton jenis Malayopython reticulatus (sanca kembang) dan Python bivittatus (sanca Burma) selama setahun. Pengukuran termasuk terhadap apa yang dimakan ular-ular itu, plus berat karkas yang minus kulit, organ dalam, kepala, dan ekor (dressed carcass).  

Angkanya lalu dibandingkan dengan data eksisting satwa lain. Hasilnya, menurut studi yang hasil-hasilnya telah dipublikasi dalam jurnal Nature 14 Maret lalu itu, berat kering makanan ular piton 1,2 kali dari dressed carcass-nya. Bandingkan dengan 1,5 kali untuk salmon; 2,1 untuk jangkrik: 2,8 untuk unggas, 6 untuk babi, dan 10 untuk sapi.

Berat kering protein dalam pakan ular 2,4 kali protein yang terkandung dalam karkas-nya. Bandingkan dengan 3 untuk salmmon, 10 untuk jangkrik, 21 untuk unggas, 38 untuk babi, dan 83 untuk sapi.

Meski begitu, Kajsa Resare Sahlin dari Stockholm Resilience Centre, Stockholm University, Swedia, berpendapat bahwa mengkalkulasi berapa banyak makanan diubah menjadi daging harus hati-hati. Menurut mahasiswa program doktoral ini, penting untuk ikut memperhitungkan jenis protein apa yang disantap satwa-satwa itu dan dari mana sumbernya. 

Menurut Resare Shalin, satu hal kunci yang hilang dari studi perbandingan Natusch dkk adalah fakta bahwa sebagai hewan karnivora, bangsa ular memakan hewan pemakan tumbuhan, yang mana hewan peternakan lain memiliki makanan kebanyakan dari tanaman. Jika total berat tanaman yang dibutuhkan per kilogram karkas saling diperbandingakn, kata Resare, ular mungkin tidak terlihat se-efisien yang dikira.

Ditanyakan itu, Natusch mengatakan apa yang membuat daging ular lestari bukan efisiensi konversi makanan jadi daging. Tapi, fakta kalau ular memakan daging limbah, seperti tikus hama dan bayi babi yang lahir mati. Mereka diolah menjadi sosis yang diberikan kepada ular.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Hewan ternak yang diberikan protein tumbuhan yang bersumber dari sebuah kebun monokultur di mana sebuah habitat alami pernah ada di sana...jauh lebih tidak lestari daripada menangkapi hama tikus atau menggunakan protein terbuang untuk memberi makan piton," tutur Natusch.

Untuk alasan itu, Natusch yakin daging ular lebih lestari daripada banyak makanan berbasis tumbuhan. "Untuk para vegan, menurut pengalaman saya, akan ada lebih banyak satwa menderita akibat menumbangkan atau membuat tanaman rebah ke tanah setiap tahunnya daripada yang mati dimakan ular piton."

Jika ular-ular diberi makan limbah yang tak digunakan lagi untuk tujuan lain, Resare Sahlin mengatakan, ini akan menjadi sebuah penggunaan sumber daya yang efisien. Tapi tikus liar merujuk ke sejumlah spesies. 

"Jika ini adalah tikus, maka dalam jangka pendek ini bisa menguntungan untuk menggunakan mereka, tapi jika seluruh industri menggunakannya sebagai sebuah sumber pakan, ini akan menciptakan disinsentif untuk upaya mengendalikan 'problem tikus'.

"Dan implikasi untuk komunitas lokal bisa luas," kata dia. 

NEWSCIENTIST, NATURE

Pilihan Editor: Organisasi Bantuan Global Bicara Bencana Kesehatan di Gaza, Sebut Jika Perang Berakhir Besok Sekalipun Dampaknya Akan Diderita Satu Dekade ke Depan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Phum Viphurit, Musisi Thailand, yang Meluncurkan Single Baru Balter Baby

3 jam lalu

Penyanyi Thailand Phum Viphurit. Youtube
Mengenal Phum Viphurit, Musisi Thailand, yang Meluncurkan Single Baru Balter Baby

Musisi Thailand, Phum Viphurit, meluncurkan karya terbaru musik instrumental, Balter Baby, yang dirilis pada awal Oktober 2024


ASEAN Dorong Kesepakatan soal Laut Cina Selatan dan Penghentian Kekerasan di Myanmar

5 jam lalu

Sekretaris Tetap Luar Negeri Myanmar Aung Kyaw Moe, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin, dan Perdana Menteri Timor-Leste Xanana Gusmao berpose untuk foto di KTT ASEAN-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-14 di Pusat Konvensi Nasional, di Vientiane, Laos, 11 Oktober 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
ASEAN Dorong Kesepakatan soal Laut Cina Selatan dan Penghentian Kekerasan di Myanmar

ASEAN mendesak kesepakatan soal Laut Cina Selatan dan penghentian kekerasan di Myanmar.


6 Destinasi Wisata Kopi di Vietnam, Mulai dari Hanoi hingga Ho Chi Minh

1 hari lalu

Ilustrasi wanita minum kopi atau teh hangat. Freepik.com/Tirachardz
6 Destinasi Wisata Kopi di Vietnam, Mulai dari Hanoi hingga Ho Chi Minh

Budaya kopi di negara itu berakar kuat, dari pusat kota hingga daerah pedesaan, menawarkan berbagai pengalaman bagi para penggemar kopi.


Temuan Ular Piton Gegerkan Warga Kompleks Perumahan di Tangsel

3 hari lalu

Temuan ular phyton di kompleks perumahan di Setu, Tangerang Selatan, pada Kamis pagi 10 Oktober 2024. TEMPO/Wuragil
Temuan Ular Piton Gegerkan Warga Kompleks Perumahan di Tangsel

Dua kali temuan ular piton dalam rentang tiga hari. Dulu, temuan ular kobra.


Indonesia akan Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk Vietnam hingga Palestina

4 hari lalu

Sebuah truk membawa bantuan kemanusiaan melintasi Dermaga Trident, dermaga sementara untuk mengirimkan bantuan, di lepas pantai Jalur Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, dekat pantai Gaza, 25 Juni 2024. REUTERS/Amir Cohen
Indonesia akan Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk Vietnam hingga Palestina

Pemerintah Indonesia berencana mengirim bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Sudan, Yaman, Palestina, dan Vietnam.


Menikmati Makanan Thailand dari Restoran Michelin di Atas Bus Wisata di Bangkok

5 hari lalu

Thai Bus Food Tour (rivercitybangkok.com)
Menikmati Makanan Thailand dari Restoran Michelin di Atas Bus Wisata di Bangkok

Wisatawan dapat mencicip kuliner tradisional Thailand dari restoran berbintang Michelin sambil menikmati pemandangan unik Bangkok di atas bus tingkat.


Indonesia Akan Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 15 Miliar untuk Palestina hingga Vietnam

5 hari lalu

Petugas mempersiapkan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Palestina dan Sudan di Pangkalan TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu 3 April 2024. Sumbangan yang diberikan untuk Palestina dan Sudan masing-masing senilai Rp30 miliar yang berupa obat-obatan, peralatan medis, antibakteri, dan makanan nutrisi. TEMPO/Subekti.
Indonesia Akan Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 15 Miliar untuk Palestina hingga Vietnam

Indonesia akan mengirim bantuan kemanusiaan untuk Palestina hingga Vietnam masing-masing senilai US$ 1 juta atau Rp 15 miliar.


Tawarkan Keragaman Kuliner, Berlin Terpilih Sebagai City of The Year Food and Travel Awards 2024

5 hari lalu

Brandenberg Gate, Berlin, Jerman. Unsplash.com/Norbert Braun
Tawarkan Keragaman Kuliner, Berlin Terpilih Sebagai City of The Year Food and Travel Awards 2024

Penghargaan tersebut menyoroti peningkatan reputasi Berlin sebagai pusat budaya dan surga bagi pecinta kuliner


Perusahaan Trump Investasi Lapangan Golf dan Hotel di Vietnam Senilai Rp23 Triliun

5 hari lalu

Perusahaan Trump Investasi Lapangan Golf dan Hotel di Vietnam Senilai Rp23 Triliun

Pengembang real estat Vietnam bermitra dengan The Trump Organization untuk mengembangkan proyek lapangan golf dan hotel senilai Rp23,4 triliun


4 Destinasi Liburan Keluarga di Thailand

6 hari lalu

Wat Arun, Bangkok, Thailand. Unsplash.com/Nino Steffen
4 Destinasi Liburan Keluarga di Thailand

Thailand menawarkan beragam aktivitas menyenangkan bersama keluarga