TEMPO.CO, Jakarta - Dua pekan setelah AS dilanda Hurikan Helene, giliran Hurikan Milton melanda Florida, yang membawa tornado, banjir, serta gelombang pada pekan lalu. Perintah evakuasi kembali dikeluarkan oleh otoritas setempat karena ancaman hurikan yang diprediksi menjadi salah satu yang paling destruktif dalam sejarah badai Atlantik.
Saat banyak warga Tampa, Florida, berduyun-duyun mengungsi ke shelter-shelter yang sudah disediakan, Allie Rae bergeming. Perempuan berusia 40 tahun itu memutuskan mengajak keluarganya bertahan dan memperkuat perlindungan di unit penthouse miliknya yang berada di tepian Teluk Meksiko di Pantai Clearwater, Florida. Antara lain dengan melapis setiap dinding kaca yang ada.
Sembari itu, dia mengambil ponselnya, live streaming di akun media sosialnya, dan mengundang jutaan orang menonton perjuangannya untuk bertahan dalam badai. "Kalian tahu, saya akan live-posting," katanya kepada 377 ribu pengikut akun TikTok-nya dalam video-video awal unggahannya pada Selasa pekan lalu.
Selasa itu adalah sehari sebelum Hurikan milton menerjang ke daratan dan warga sudah diminta megungsi ke luar Tampa. "Saya tetap berada di sini dan saya akan berusaha memberikan informasi sebanyak mungkin yang saya bisa," katanya lagi.
Selama dua hari berikutnya, Rae telah mengunggah 20 video di TikTok dan ditonton lebih dari 70 juta kali. Berbagai peristiwa yang berhasil tertangkap kamera seperti padamnya listrik, air yang perlahan naik, serta angin kencang yang menyebabkan berbagai kerusakan. Melalui akun TikTok dia menyatakan ingin terhubung dan, "memberi pengalaman langsung yang nyata” kepada penontonnya.
Dalam satu video yang diunggah Rabu, sesaat sebelum badai melanda, Rae menunjukkan persediaan logistik yang mereka tumpuk di lemari pakaian. Saat badai semakin dekat, ia memposting video berdurasi 22 detik dengan kepsyen "Ini waktunya.... Badai Milton" diikuti sebuah emoji tanda peringatan.
Rae menyebut ia sekeluarga berpindah-pindah tempat untuk tetap aman. Tirai bergetar, jendela yang pecah, kebocoran yang bersumber dari langit-langit kondominium, hingga dalam satu unggahan berdurasi 14 detik, Rae menulis “Itu tornado.”
Sekitar pukul 21:15 dan setelahnya, aliran listrik terputus, dan unit kondominium yang dihuninya mulai terguncang, dan angin menerjang dari luar. Rae sempat memanfaatkan ChatGPT soal tempat paling aman untuk bertahan, lantai bawah adalah balasan dari Chatbot AI. Rae sekeluarga langsung bergegas ke sana sembari menulis pesan “Kami dalam kondisi yang sangat buruk.”
Lalu masuk sebuah komentar yang menyebut tempat Rae berada saat itu berbahaya, lantaran badai bisa mendorong pintu bagian dalam, menjebak Rae dan keluarganya dan menenggelamkan mereka. Membaca itu, ia sekeluarga pindah ke ruang kantor, “Kami baru saja meninggalkan tempat itu,” balas Rae kepada komentar itu.
Allie Rae dalam video yang diunggahnya dari kondominium di tepi Teluk Meksiko, Selasa 8 Oktober 2024. Dia dan keluarganya memilih tak mengungsi dan membuat live-posting kondisinya bertahan dari terjangan Hurikan Milton. TikTok/allieraeofficial
Dia juga mengungkap, “Jika masih ada yang tersisa di kota ini, aku akan benar-benar terkejut. Ini benar-benar mengerikan, sangat buruk.” Unggahan selanjutnya, keadaan telah berubah menjadi lebih baik, “Aku sangat menghargai semua dukungan, cinta, dan komentar dari orang-orang yang memeriksa kondidi kami,” ujar Rae pada Kamis pagi setelah badai mereda.
Jamie Cohen, profesor studi media di CUNY Queens College di New York, mengatakan bahwa semakin banyak pengguna media sosial yang mendokumentasikan bencana alam 6-7 tahun terakhir, sejak setiap platfor menawarkan konsep monetisasi konten berbasis engagement yang dihasilkan. Saat musim hurikan saat ini pun sudah ada sejumlah orang seperti Rae.
Konsep monetisasi itu, kata Cohen, berpadu padan dengan motivasi banyak audiens yang ingin melihat atau menonton sesuatu yang kacau atau mencengangkan. "Kita sekarang melewati masa pendokumentasian bencana yang sangat unik," katanya kepada The Washington Post.
Baca halaman berikutnya: Sangkalan Allie Rae dan aksi gila kreator konten yang lain