TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), Amerika Serikat, berhasil menciptakan bioplastik yang terurai cepat di laut, bahkan lebih cepat daripada kertas. Terobosan ini dianggap sebagai langkah menuju masa depan yang lebih bersih karena secara signifikan mengurangi dampak lingkungan jangka panjang dari sampah plastik di laut.
Penemuan ini bertolak dari hasil penelitian bertahun-tahun mencari jenis plastik yang paling pendek dan panjang usianya di laut. Selain juga mencari jenis sampah plastik seperti apa (seperti sedotan, kemasan makanan, dan lain-lain) yang paling banyak mencemari laut.
Dengan semakin banyak bioplastik yang telah dikembangkan, termasuk selulosa diasetat (CDA), para peneliti sedang berlomba untuk memastikan kalau mereka dapat mengganti plastik tradisional yang lebih ramah lingkungan.
Kini, setelah bertahun-tahun menguji, versi baru dari CDA ditemukan menjadi material bioplastik yang terurai paling cepat yang sudah diuji dalam air laut. Versi baru CDA ini juga dinilai menjanjikan sebagai pengganti bahan plastik styrofoam yang selama ini terbukti tak bisa terurai di lingkungan selama bertahun-tahun.
Temuan itu dibuat tim peneliti di WHOI terdiri dari Bryan James, Collin Ward, Chris Reddy, Yanchen Sun, dan Kali Pate. Mereka menemukan cara untuk mempercepat proses penguraian tersebut lewat modifikasi bernama foaming atau menambahkan struktur buih atau pori-pori kecil.
Modifikasi foaming pada material CDA akan membuatnya 15 kali lebih cepat terurai daripada CDA yang padat. "Studi ini adalah kulminasi dari riset bertahun-tahun yang berfokus pada upaya memahami apa kendali dasar atas biodegradasi CDA di laut," kata Ward, anggota senior dalam tim peneliti itu.
Mengutip artikel yang dimuat situs web Interesting Engineering , juga di whoi.edu, tim peneliti melakukan uji coba selama 36 minggu. Mereka menempatkan plastik CDA dengan modifikasi foaming tersebut dalam tangki berisi air laut yang terus mengalir.
Hasilnya sangat mencolok, massa dari plastik itu berkurang 65-70 persen dari massa awalnya, menunjukkan biodegradasi yang cepat. Sebaliknya, plastik seperti styrofoam tidak menunjukkan degradasi sama sekali selama periode yang sama.
Ketua tim peneliti, Bryan James, menerangkan bahwa uji juga dilakukan dengan membandingkan laju degradasi berbagai jenis sedotan yang terbuat dari material berbeda: plastik standar, kertas, CDA padat, dan CDA hasil modifikasi dengan foaming.
Tim mengungkap bahwa sedotan dari bioplastik CDA terurai paling cepat. Dan saat dibandingkan di antara yang padat dan yang foaming, yang kedua lebih cepat 190 persen.
"Sebagai seorang ilmuwan dan perekayasa material, ini sangat menarik bisa mendemonstrasikan foam sebagai material yang efisien, yang artinya mereka mencapai fungsionalitas menggunakan jumlah material yang paling sedikit, serta mereduksi biaya dan banyak dampak lingkungan," kata James.
Nelayan mendorong perahunya melewati tumpukan sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Uji dilakukan di laboratorium yang terkontrol menggunakan air laut dari Martha’s Vineyard Sound dekat Cape Cod, Massachusetts. Melalui pengaturan variabel cahaya, suhu, dan aliran air, para peneliti mensimulasikan kondisi laut yang sebenarnya dalam uji tersebut.
Pendekatan itu dianggap memberikan indikasi yang andal tentang bagaimana plastik CDA akan bekerja di lingkungan laut alami. Hasil selengkapnya dari penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal ACS Sustainable Chemistry & Engineering yang terbit 17 Oktober 2024.
Tim peneliti di WHOI bekerja sama dengan Eastman, perusahaan manufaktur bioplastik, dalam rangkaian uji yang dilakukan. Juga untuk mengeksplorasi komersialisasi dari CDA hasil modifikasi tersebut. Temuan studi ini dinilai dapat membantu industri beralih dari plastik tradisional ke alternatif yang lebih ramah lingkungan sehingga mengurangi jumlah limbah plastik jangka panjang di laut.
Bayu Mentari berkontribusi dalam tulisan ini.
Pilihan Editor: Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM