Selain menjadi indikator kerusakan lingkungan, populasi ubur-ubur dalam jumlah besar juga pernah merusak pembangkit listrik tenaga nuklir di Oskarshamn, Swedia, awal Oktober lalu. Ubur-ubur menyumbat saluran pendingin yang terhubung ke laut sehingga operator terpaksa mematikan turbin. Insiden serupa pernah terjadi pula pada 2005. Pada 2012, satu reaktor nuklir di Diablo Canyon di California, Amerika Serikat, juga terpaksa dimatikan setelah rombongan ubur-ubur menyumbat pipa penyalur air.
Meski populasi ubur-ubur meningkat, sulit untuk memperkirakan berapa jumlah pastinya. Makhluk itu sulit diamati dan hanya sedikit catatan resmi tentang mereka karena habitatnya yang luas hingga ke perairan dalam. Pada 2012 terbit analisis dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences tentang laporan ubur-ubur dari abad ke-19 yang menunjukkan adanya siklus ledakan populasi per 20 tahun.
Sementara laporan dalam jurnal Hydrobiologia menyebutkan lonjakan ubur-ubur terdeteksi sejak 1950. "Langkanya data tentang ubur-ubur menyulitkan kita untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi," kata peneliti ubur-ubur Steven Haddock dari Monterey Bay Aquarium Research Institute di California.
Peneliti kelautan Rob Condon dari Dauphin Island Sea Laboratory di Alabama mengatakan perlu satu dekade lagi untuk mengetahui jumlah pasti populasi ubur-ubur di lautan termasuk penyebab lonjakan populasi mereka.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA