TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan mesin pencari asal Cina, Baidu, menutup operasinya di Jepang. Ini terjadi karena layanan mesin pencarinya kurang diminati konsumen digital di Negeri Sakura itu.
"Sepertinya mesin pencari Baidu belum mampu mengumpulkan pengguna dalam jumlah yang signifikan," kata juru bicara Baidu seperti dikutip media ZDNET, Selasa, 21 April 2015.
Baca Juga:
Baidu merupakan jawara mesin pencari di Cina, yang menguasai sekitar 50 persen pangsa pasar di Negeri Panda itu. Posisi ini semakin menguat setelah Google keluar dari Cina sekitar lima tahun lalu.
Baidu memasuki Jepang sejak 2008 sebagai bagian dari ekspansinya ke Asia. Saat itu, manajemen Baidu mengatakan perusahaan mengucurkan dana investasi sekitar US$ 15 sekitar 200 miliar untuk 'mengulangi sukses di negeri asalnya'.
Namun, pangsa pasar mesin pencari masih dikuasai oleh Google dan Yahoo Japan hingga kini dengan penguasaan mencapai 90 persen. Kondisi ini sama dengan saat Baidu mulai menjajaki pasar Jepang.
Bisnis mesin pencari masih sangat menggiurkan karena jumlah pengguna yang relatif banyak. Perusahaan seperti Google dan Yahoo menyelipkan iklan pada hasil pencarian untuk mendapatkan pendapatan.
Meski begitu, Baidu memiliki bisnis lain yang akan diteruskan di Jepang. Ini adalah bisnis pengelolaan aplikasi Simeiji, yang merupakan aplikasi papan kunci berbahasa Jepang.
Aplikasi ini bisa di-instal di gadget berbasis iOS dan Android. Saat ini ada sekitar 14 juta pengguna untuk aplikasi ini.
ZDNET | BUDI RIZA