TEMPO.CO, San Francisco - Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada Senin, 28 Maret 2016, mengatakan telah menemukan cara untuk membuka iPhone tanpa bantuan dari Apple.
Hal itu memungkinkan lembaga tersebut menarik upaya hukum guna memaksa perusahaan teknologi itu membantu menyelidiki sebuah kasus penembakan massal.
Keputusan untuk menghentikan upaya hukum, yang menuntut bantuan Apple untuk membuka iPhone yang digunakan oleh Syed Rizwan Farook—pria bersenjata dalam kasus penembakan pada Desember di San Bernardino, California, yang menewaskan 14 orang—mengakhiri kebuntuan hukum antara pemerintah dan perusahaan publik ini.
Kasus ini menjadi semakin kontroversial karena Apple menolak membantu pihak berwenang dan memicu perdebatan mana yang lebih penting antara privasi dan keamanan.
Namun kemampuan penegak hukum untuk membuka iPhone melalui metode alternatif saat ini menimbulkan ketidakpastian baru, termasuk pertanyaan tentang kekuatan keamanan di perangkat Apple.
Perkembangan ini juga memunculkan potensi konflik baru antara pemerintah dan Apple, tentang metode yang digunakan untuk membuka perangkat itu, dan apakah teknik itu akan diungkapkan.
Pengacara Apple sebelumnya mengatakan perusahaan ingin tahu prosedur yang digunakan untuk mengakses ponsel itu. Namun pemerintah mungkin mengklasifikasikan metode tersebut.
"Dari sudut pandang hukum, apa yang terjadi pada kasus San Bernardino tidak berarti pertarungan sudah berakhir," kata Esha Bhandari, pengacara di American Civil Liberties Union.
Dia mencatat, pemerintah umumnya melewati proses ketika ia memutuskan apakah akan mengungkapkan informasi tentang kerentanan tertentu sehingga produsen dapat menambalnya.
"Saya berharap, mereka akan memberikan informasi kepada Apple sehingga dapat menambal kelemahan apa pun," katanya. "Tapi, jika pemerintah mengklasifikasikan alat ini, hal itu tidak mungkin ditunjukkan."
NYTIMES | ERWIN Z