TEMPO.CO, Malang — Indonesia berpeluang besar mencapai swasembada sapi potong dengan cara memanfaatkan produksi dan persediaan sperma atau mani yang dibekukan lewat program sexing. Semen beku ini digunakan untuk inseminasi buatan atau kawin suntik.
Peluang itu ditawarkan oleh dua bank sperma, yakni Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, serta Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. BBIB Singosari dan BIB Lembang merupakan unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian.
“Proses menuju swasembada sapi tak bisa instan. Dalam jangka panjang, seperti yang diharapkan Presiden Joko Widodo, swasembada sapi bisa dimulai dari memanfaatkan semen beku yang kami produksi,” kata Kepala BBIB Singosari Enniek Herwiyanti kepada Tempo, Rabu siang, 22 Juni 2016.
Semen beku yang diproduksi BBIB Singosari sejak 1982 sampai 2015 berjumlah 36.769.636 dosis. Pada 2015 saja diproduksi 2.072.684 dosis dari 21 bangsa hewan ternak dan sepanjang Januari-Mei 2016 dihasilkan 607.503 dosis dari 22 bangsa hewan ternak. Pada 2015, produksi semen beku didominasi sapi limousin (742.700 dosis), sapi perah friesien holstein/FH (590.100 dosis) dan sapi simental (327.605 dosis).
Setidaknya, digabung dengan produksi di Lembang, untuk produksi semen beku sapi saja sudah bisa memenuhi harapan Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia bisa menghasilkan benih sperma beku 2-3 juta.
Total persediaan terkini semen beku dari pelbagai bangsa hewan ternak yang ada di dua bank sperma itu mencapai 7 juta dosis atau dua kali lipat dari rerata angka kebutuhan semen beku dalam negeri yang sebanyak antara 3,5 juta sampai 4 juta dosis per tahun. Dari 7 juta dosis, sebanyak 4,2 juta dosis disimpan di BBIB Singosari dan selebihnya disimpan di BIB Lembang. Sebagian persediaan semen beku dieskpor ke negara lain dan dijual di dalam negeri.
Sumber produksi maupun persediaan semen beku didominasi sembilan bangsa sapi (limousin, simental, aberdeen angus, brangus, brahman, ongole, madura, bali, dan sapi perah friesien holstein/FH), serta dua bangsa kambing, yakni peranakan ettawa dan boer. Semen beku sapi limousin dan simental paling laris dibeli, terutama di Jawa Timur.
Sejatinya, sebagian besar stok semen beku tahun ini berasal dari 2014. Pada tahun itu Indonesia mempunyai persediaan benih beku semen beku sampai 2016 sebanyak 8.205.213 dosis. Sebanyak 4.390.273 dosis disimpan di BBIB Singosari—dengan produksi harian antara 15 ribu sampai 20 ribu dosis—dan 3.814.940 dosis lagi disimpan di BIB Lembang.
Total produksi nasional semen beku sepanjang 2014 mencapai 4.747.777 dosis, masing-masing diproduksi BBIB Singosari sebanyak 2.698.545 dosis dan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Jawa Barat, 2.049.232 dosis. Gabungan jumlah produksi ini melebihi angka kebutuhan rata-rata per tahun sebanyak 3,6 juta hingga 3,8 juta dosis.
Enniek menjelaskan, program sexing dikembangkan sejak 2004. Ekspor semen beku hasil program sexing yang sekarang merupakan hasil pengembangan ekspor semen beku program un-sexing yang selama ini ditujukan ke Malaysia dengan harga lebih murah.
Semen beku program sexing lebih mahal karena, selain lebih rumit pengembangannya dan memakan waktu cukup lama, dengan teknik inseminasi buatan dapat dilahirkan anak sapi betina saja dengan tingkat keberhasilan rata-rata mencapai 81 persen. Sedangkan tingkat keberhasilan program un-sexing hanya 50:50. Keberhasilan teknik serupa yang dikembangkan di Jepang sejak 1981 mencapai 91 persen.
Sebelumnya, pada Selasa kemarin, Presiden Joko Widodo memprediksi Indonesia bisa melakukan swasembada daging sapi 9-10 tahun lagi. Upaya itu bisa tercapai bila proses pembibitan sapi unggulan berjalan konsisten. “Di sini proses hulu pembibitan sapi potong. Harus konsisten dan butuh waktu,” kata Presiden Jokowi di PT Karya Anugerah Rumpin, Bogor. Selasa, 21 Juni 2016.
Menurut Presiden, setiap tahun pemerintah dan swasta akan memproduksi 2-3 juta benih sperma beku sapi. Produksi itu akan berjalan selama enam tahun. Dari hulu, bibit atau sapi unggulan akan memasuki proses hilirisasi yang diperkirakan berjalan 3-4 tahun.
Bila seluruh proses berjalan konsisten, besar kemungkinan Indonesia mempunyai stok yang cukup untuk swasembada daging sapi. Jokowi mengatakan, proses pembibitan bekerja sama antara Kementerian Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, badan usaha milik negara, dan swasta.
ABDI PURMONO