Orangutan Menghitung Tahun

Reporter

Editor

Kamis, 8 Mei 2008 11:26 WIB

TEMPO Interaktif, JAKARTA: -- Tayangan video itu sangat pendek, tapi sudah cukup membuat pilu. Judulnya: Sawit Berdarah 2. Isinya, sebidang hutan di Kalimantan Tengah yang menjadi gersang dan orangutan di sana terlihat bingung, berjalan ke sana-kemari, tak jelas. Orangutan, cuma seekor, itu jelas kehilangan kawanan dan pepohonannya. Yang tersisa untuknya hanya beberapa tegakan pohon muda, itu pun miskin daun dan percabangan. Begitu miskin dan langkanya hingga terik matahari dan gersang lahan mampu mengepungnya. Namun, di batang-batang itulah kini si orangutan bergelantungan. Miris sekali, sampai akhirnya tayangan video memperlihatkan beberapa pria menolongnya: ia ditangkap, dipindahkan ke kandang, ditandai dengan chip, lalu dilepas ke kawasan yang dianggap lebih rimbun. "Orangutan telah kehilangan habitat dan sumber makanannya," begitu kata Hardi Baktiantoro, Direktur Eksekutif Centre for Orangutan Protection (COP), ketika tayangan berakhir. "Orangutan lalu hanya bisa makan tunas-tunas kelapa sawit dan sejak itu orangutan menjadi hama yang harus dibunuh."Begitulah orangutan yang hidup di hutan di luar batas-batas kawasan konservasi harus menerima nasibnya. Pembukaan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit memaksa sejumlah orangutan harus memilih pergi atau mati di tempat. Ternyata pilihan kedualah yang banyak ditemukan investigasi COP di Kalimantan Tengah, sebuah provinsi yang saat ini memiliki populasi orangutan terbesar di dunia. Hasil investigasi yang menyatakan bahwa sejumlah orangutan akan punah lebih cepat daripada yang diperkirakan diumumkan kemarin. "Tidak perlu menunggu 2015, seperti menurut hasil perhitungan Population and Habitat Viability Assessment 2004, tapi tiga bahkan dua tahun lagi orangutan di alam akan punah," ujar Hardi.Investigasi lapangan yang dilakukan Hardi dan kawan-kawannya di COP menunjukkan bahwa 242 perusahaan perkebunan sawit yang ada di Kalimantan Tengah rata-rata masih membabat hutan dengan mengorbankan orangutan. Perusahaan itu termasuk mereka yang tergabung dalam Roundtable on Sustainable Palm Oil, seperti Wilmar serta IOI dan Agro Group dari Malaysia. Padahal, kata Hardi, "Sudah ditetapkan sejak November 2005 bahwa penanaman baru tidak seharusnya menggusur hutan primer atau area yang memiliki satu atau lebih nilai konservasi yang tinggi." Orangutan adalah satu contoh nilai konservasi itu.Hardi mencontohkan, survei yang dilakukannya setahun lalu ke cagar alam di Bukit Sapathawung. Di sana kabarnya populasi orangutan mencapai 500 ekor. Nyatanya, setelah masuk ke sana, Hardi hanya mendapati dua ekor. Itu belum seberapa dibandingkan dengan yang ditemukan di area konsesi yang disiapkan untuk perkebunan sawit oleh beberapa perusahaan. "Kami sering mendapati kuburan massal orangutan," kata Novi Hardianto, Koordinator Program untuk Permasalahan Hutan, lembaga yang sama.Kalaupun masih ada di muka tanah, Novi menambahkan, hanya jasadnya yang hangus terbakar. Atau kalaupun masih hidup, orangutan terantai dan penuh luka. Bahkan ada yang disantap pekerja setempat. Sayang, baik Hardi maupun Novi mengungkapkan bahwa jeritan pilu orangutan itu dipandang sebelah mata oleh pemerintah pusat, apalagi daerah. "Kematian orangutan dianggap sebagai pengorbanan yang memang diperlukan dan mereka lebih senang mengeksploitasi daripada melestarikan orangutan," kata Hardi.Darori, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam di Departemen Kehutanan, yang dihubungi terpisah, memang meragukan kesimpulan hasil investigasi itu. Menurut dia, hutan alam tidak akan dikonversi lebih banyak lagi untuk kebutuhan lain di luar sektor kehutanan, seperti kebun sawit. "Jadi saya yakin orangutan tidak akan punah dalam tiga tahun ke depan," kata Darori dalam pesan pendeknya. l wuragil

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

2 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

3 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

3 hari lalu

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki tanggapi soal target pemerintah menyelesaikan pemutihan hutan di lahan sawit September 2024.

Baca Selengkapnya

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

4 hari lalu

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

Perkebunan sawit PT Riau Agrotama Plantation (PT RAP), anak perusahaan Salim Group diduga merambah hutan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

4 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

4 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

4 hari lalu

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

Riau menjadi provinsi dengan kebun sawit bermasalah paling luas di Indonesia. Berdasarkan catatan Greenpeace sekitar 1.231.614 hektare kebun kelapa sawit di Riau berada di kawasan hutan. Salah satu perusahaan kelapa sawit yang diduga melakukan perambahan kawasan hutan adalah PT Palma Satu, anak perusahaan Darmex Group.

Baca Selengkapnya

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

4 hari lalu

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

22 ribu hektare perkebunan sawit PT Suryamas Cipta Perkasa (PT SCP) masuk kawasan hutan hidrologis gambut di Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

36 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

36 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya