TEMPO Interaktif, BANDA ACEH - Isu pemanasan global telah menarik perhatian masayarakat internasional terhadap perlunya pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Isu itu tak pelak membuat Indonesia menjadi perhatian dunia karena memiliki potensi hutan yang luas. Dunia berharap Indonesia turut serta dalam upaya meredam pemanasan global tersebut. Salah satunya lewat skema Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Perusakan Hutan (REDD).
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan bahwa secara validasi sudah memungkinkan bagi Aceh untuk menggelar perdagangan karbon (REDD). Salah satunya di Ulu Masen, kawasan hutan seluas 750.000 hektar. "Kita sudah terikat kontrak," ujar Irwandi di sela-sela pembukaan forum Governors' Climate and Forest Taskforce (GCF) di Banda Aceh, Senin (17/5). Kontrak proyek REDD itu diteken dengan Merrill Lynch International, yang kini dibeli Bank of America. Proyek ekosistem itu kini nyaris rampung. "Sudah 85%," katanya.
Kalaupun ada kendala itu karena masalah dana. Maklumlah proses itu tergantung karena urusan sertifikasi. "Kita butuh dana Rp 20 miliar buat melaksanakan (sertifikasi) itu, mengontrak tenaga ahli," tuturnya. Jika proses sertifikasi ini lancar maka dua tahun lagi Aceh akan mendapat dana dari menjual karbon senilai Rp 94 miliar. Irwandi mengatakan pilihan jatuh kepada Merrill Lynch karena bersedia membeli karbon dengan harga US$ 4 per ton.
Selain Ulu Masen, Aceh juga punya proyek lain di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. "Proyek ini masih dalam pembangunan," kata Kepala Sekretaris Aceh Green M. Yakob Ishadamy. Aceh Green merupakan lembaga yang mengembangkan visi progresif tentang arah baru pembangunan Aceh pascakonflik dan bencana tsunami. Bedanya dengan Ulu Masen, kata Yakob, proyek Leuser belum diaudit.
Ditanya soal adanya hambatan di tingkat nasional, Gubernur Irwandi mengaku tak tahu. "Itu urusan nasional," katanya. Semestiya kata dia pemerintah justru ingin mempercepat proses REDD. "Kalau melihat kebijakan [pemerintah pusat] Presiden SBY sejalan dan ingin sekali mempercepat," kata Irwandi. Bagaimana dengan Departemen Kehutanan? "Ya, semestinya sejalan dong dengan presiden."
Adapun skema lain yang digelar Aceh guna mendapatkan kompensasi karbon antara lain dengan mengembangkan Proyek Energi Geothermal di Seulawah Agam bekerjasama dengan pemerintah Jerman. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ini diharapkan rampung pada 2015 dengan menghasilkan kapasitas sebesar 60-250 MWe. "Dari reboisasi dan HTI, kami juga dapat (dana kompensasi) itu," ujarnya.
ANDREE PRIYANTO