TEMPO Interaktif, Bos Google, Larry Page, punya strategi baru. Menjelang musim gugur tahun ini, perusahaan mesin pencari situs terbesar itu akan menutup 10 bisnis sampingannya, termasuk yang berkaitan dengan pencarian sosial, peranti lunak untuk PC, hingga web security.
Sejak menjabat sebagai chief executive pada Januari lalu, Page memang lebih memfokuskan Google pada bisnis utama untuk meraih keuntungan lebih besar. Sedangkan Wakil Presiden Senior Google Alan Eustace menyebut aksi ini sebagai “bersih-bersih pada musim gugur”.
Menurut Eustace, langkah tersebut merupakan strategi baru bagi perusahaannya. “Tujuannya agar pengguna Google mendapatkan benefit lebih. Selain itu, kami juga bisa menghasilkan produk yang lebih dahsyat,” katanya.
Ditutupnya 10 bisnis sampingan Google tersebut tak lantas membuat para karyawannya menganggur. Eustace berjanji bahwa seluruh karyawan akan tetap dipertahankan dan dialihkan ke divisi lain dari bisnis Google.
Sebagian besar bisnis yang ditutup tersebut merupakan perusahaan hasil akuisisi, termasuk Aardvark, mesin pencari sosial yang dibeli Google seharga US$ 50 juta pada 2010, dan Google Web Security, bagian dari pembelian Postini pada 2007.
Bisnis lain yang juga ditutup adalah Google Marissa Mayer dengan fitur andalannya, Fast Flip. Fitur ini memberi kemudahan pengguna saat membaca laman web majalah atau koran layaknya membalik halaman edisi cetak. Saat diperkenalkan pada ajang TechCrunch50 pada 2009, fitur tersebut mendapat tanggapan luar biasa.
Ketika Google meluncurkan Google Desktop pada 2004, aplikasi untuk PC yang memungkinkan pengguna mencari files atau dokumen di komputer mereka, juga mendapat sambutan luar biasa. Bahkan popularitas fitur ini mampu mengalahkan fitur serupa yang ada di Windows XP.
Google juga menutup bisnis Google Pack, koleksi peranti lunak yang siap diunduh seperti Google Notebook dan Google Image Labeler, yang memungkinkan pengguna untuk memberi label pada gambar agar kualitas gambar hasil mesin pencari Google lebih bagus.
Beberapa bisnis lain yang mengalami nasib serupa, antara lain Sidewiki, yang memungkinkan orang memberi komentar konten web; Subscribed Links, yang memungkinkan orang membuat hasil pencarian lebih spesifik; dan Google Maps API untuk Flash, dibuat khusus bagi para pengembang ActionScript mengintegrasikan Google Maps dengan aplikasi mereka.
Kesepuluh bisnis tersebut adalah sebagian dari daftar panjang bisnis Google yang terpaksa ditutup pada era kepemimpinan Page. Pada Juni lalu, Google juga telah menutup Google Health, Google PowerMeter Services, dan Google Labs.
Yang menarik, pekan lalu, Google juga menutup Photovine, layanan berbagi foto di dunia maya, yang baru saja diluncurkan sepekan sebelumnya. Page tampaknya tak mau dipusingkan dengan berbagai bisnis yang tak mendulang keuntungan besar.
CNET | TECHCRUNCH | FIRMAN
Berita terkait
Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak
3 hari lalu
Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.
Baca Selengkapnya10 Prospek Kerja Jurusan Bisnis Digital, Ada Digital Marketer hingga SEO Specialist
10 hari lalu
Berikut ini deretan prospek kerja jurusan Bisnis Digital, di antaranya digital marketing, data analyst, product manager, hingga SEO specialist.
Baca SelengkapnyaPihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi
10 hari lalu
Di era digital penting untuk melindungi data pribadi sebagai hak privasi. Siapa saja pihak-pihak yang berperan besar melindungi data diri?
Baca SelengkapnyaPANDI Luncurkan Indonesia Berdaulat Digital Bersama Pemangku Kepentingan Internet
22 hari lalu
PANDI tengah merancang Identitas digital berbasis Blockchain bekerja sama dengan instansi pemerintahan terkait.
Baca SelengkapnyaKenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial
26 hari lalu
Otak popcorn berasal dari sebuah kondisi otak seseorang terus berpikir dari satu pikiran ke pikiran yang lain dalam sekejap seperti biji popcorn.
Baca SelengkapnyaBamsoet Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi Digital
27 hari lalu
Jika tidak segera beradaptasi dengan AI, generasi muda akan kesulitan masuk dunia kerja di masa depan
Baca SelengkapnyaWorkshop Kolaborasi Politeknik Tempo & Shopee, Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech
30 hari lalu
Workshop Politeknik Tempo Jakarta, Shopee, dan Mandiri Sekuritas bertajuk "Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech".
Baca SelengkapnyaJokowi Instruksikan Seluruh Kementerian Terintegrasi dengan INA Digital per Mei 2024
34 hari lalu
Presiden Jokowi meminta layanan yang mengintegrasikan administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, kepolisian, bantuan sosial, dan keimigrasian - segera selesai.
Baca SelengkapnyaKominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital
43 hari lalu
Kementerian Kominfo dan PT Microsoft Indonesia bekerja sama untuk transformasi digital.
Baca SelengkapnyaDewan Pers Segera Bentuk Komite untuk Jalankan Perpres Publisher Rights
57 hari lalu
Dewan Pers akan segera membentuk komite untuk mengawasi jalannya Peraturan Presiden atau Perpres Publisher Rights.
Baca Selengkapnya