TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Indonesia tetap menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan Protokol Kyoto. Pemerintah tidak terlalu peduli dengan sikap sejumlah negara maju yang justru melangkah mundur dan mengurangi dukungan terhadap upaya pengurangan emisi karbon dunia."Indonesia tetap berkomitmen menjalankan langkah-langkah menurunkan emisi dan adaptasi terhadap perubahan iklim," kata Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappenas, Endah Murniningtyas, di Hotel Four Seasons, Kamis 15 Desember 2011.
Dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Durban, Afrika Selatan, yang berakhir pekan lalu, juru runding dari 194 negara sepakat menentukan sebuah perjanjian iklim baru pada 2015 untuk menggantikan Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2012.
Pemerintah memandang pentingnya pengurangan emisi karbon untuk mewujudkan pembangunan dan perekonomian yang lebih bersih. "Ini harus dilakukan karena kondisinya memang demikian. Tidak menunggu negosiasi yang terjadi di luar sana," ujar Endah.
Ia mensinyalir motivasi sejumlah negara maju yang tak lagi mendukung Protokol Kyoto lantaran tidak ingin rugi secara ekonomi. Sebab, negara-negara maju berasumsi bahwa pengurangan emisi sama artinya dengan mengerem laju perekonomian. "Padahal nanti eranya bukan lagi dagang kayu, tapi dagang udara, dagang karbon," kata dia
Penurunan emisi karbon menjadi hal penting dan mendasari penyusunan Protokol Kyoto. "Tingginya angka emisi karbon otomatis meningkatkan pemanasan global,"ujar Endah.
Pemanasan global yang berkelanjutan akan dapat mengubah iklim dan cuaca di bumi secara keseluruhan. "Pertanian musim tanam mundur gara-gara curah hujan, nelayan tidak bisa melaut karena anginnya gedhe," kata Endah.
Sebagai perwujudan bentuk dukungan terhadap Protokol Kyoto, pemerintah pusat menghimbau seluruh pemerintah daerah agar selalu mempersiapkan diri dengan menyusun program-program pembangunan yang selaras dengan semangat anti-pemanasan global. "Kalau nelayan tidak bisa melaut terus dia bagaimana? Maka dia harus bisa dilatih dengan usaha ekonomi alternatif," kata Endah,"kalau tidak begitu dia enggak bisa makan."
Endah yakin sikap pemerintah Indonesia bakal mendapat dukungan dan berpengaruh penting bagi kelanjutan pelaksanaan Protokol Kyoto, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih bersih. "Seperempat miliar rakyat Indonesia, kalau selamat itu sudah kontribusi pada dunia," kata dia.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terkait
Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya
14 jam lalu
Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.
Baca SelengkapnyaSuhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata
3 hari lalu
Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG
Baca SelengkapnyaKemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim
5 hari lalu
Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaKerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno
6 hari lalu
Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.
Baca SelengkapnyaPusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan
7 hari lalu
Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.
Baca SelengkapnyaKemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim
7 hari lalu
Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaAmerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T
15 hari lalu
Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.
Baca SelengkapnyaDiskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan
18 hari lalu
Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.
Baca SelengkapnyaPeneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks
19 hari lalu
Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.
Baca Selengkapnya5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan
19 hari lalu
Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab
Baca Selengkapnya