Awas, Merkuri Racuni Rantai Makanan Manusia  

Reporter

Editor

Selasa, 20 Desember 2011 18:59 WIB

Merkuri. scientificamerican.com

TEMPO.CO , Washington - Merkuri yang dilepaskan ke udara lewat pembakaran bahan bakar fosil selama ini ternyata masuk ke dalam rantai makanan ketika jatuh kembali ke Bumi dan diserap ekosistem perairan. Hasil penelitian terbaru ilmuwan Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa Bumi “dihujani” merkuri yang dapat jatuh di mana saja.

Merkuri, salah satu jenis logam berat beracun, dilepaskan dalam bentuk uap dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Ribuan ton merkuri dalam bentuk uap itu dipompa ke udara saban tahun. Para peneliti menemukan bahwa tiap kali merkuri teroksidasi, maka ia akan lebih mudah disimpan kembali di dalam Bumi, baik lewat hujan maupun salju.

Dalam jurnal Nature, para peneliti menjelaskan bahwa masuknya logam berat beracun ini ke dalam rantai makanan tak lepas dari peran bakteri yang mengubah merkuri menjadi metil merkuri lewat proses oksidasi. Metil merkuri inilah senyawa yang gampang masuk ke dalam rantai makanan.

Seth Lyman, peneliti yang memimpin riset di Universitas Washington Bothell, Amerika Serikat, mengatakan lokasi jatuhnya “hujan” merkuri itu bisa saja berbeda jauh dari sumber asalnya. "Merkuri yang dilepaskan dari sisi lain dunia bisa jatuh tepat di belakang pintu rumah kita,” ujarnya. “Hal itu tergantung di mana dan bagaimana logam itu dipindahkan, karena bisa berubah secara kimia.”

Merkuri dari pembakaran batu bara di Asia, misalnya, dapat mengitari Bumi beberapa kali sebelum akhirnya teroksidasi dan jatuh ke permukaan tanah di benua lain. Merkuri yang teroksidasi dari lapisan udara di atasnya itu cenderung jatuh di sejumlah kawasan yang memiliki kondisi iklim tertentu, seperti barat daya Amerika Serikat, dibandingkan kawasan lain.

Lyman dan tim penelitinya mengkaji data yang diambil dari pesawat yang melintasi Amerika Utara dan Eropa pada bulan Oktober dan November tahun lalu. Mereka menggunakan alat yang mampu mendeteksi unsur merkuri baik dalam bentuk dasar maupun yang sudah teroksidasi dari sampel udara yang sama.

Alat tersebut merekam data tiap 2 menit 30 detik pada ketinggian 19-23 ribu kaki. Pada beberapa kesempatan, pesawat melalui aliran udara yang sedikit turun di bawah lapisan stratosfer, atau sekadar berada di bawahnya.

Riset itu menunjukkan bahwa perubahan unsur merkuri dari bentuk dasar menjadi merkuri teroksidasi terjadi di lapisan atas atmosfer. Bagaimana oksidasi terjadi belum jelas benar, tapi para ilmuwan paham benar bahwa merkuri yang dilepaskan ke udara dapat kembali ke Bumi melalui dua cara, yaitu pengendapan atau melalui udara yang turun ke permukaan tanah.

"Lapisan atas atmosfer berperan layaknya reaktor kimia yang menyebabkan merkuri lebih mudah tersimpan di dalam ekosistem," kata Lyman.

GUARDIAN | MAHARDIKA SATRIA HADI





Advertising
Advertising

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

21 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

39 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

28 Agustus 2023

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

Paparan polusi udara secara terus menerus meningkatkan risiko perubahan pigmentasi kulit seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

18 Agustus 2023

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

Pemerintah berencana kenakan pajak pencemaran lingkungan. Hal ini tertuang dalam Pasal 206 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Begini bunyinya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

27 Juli 2023

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

Hari Sungai Nasional merupakan bentuk apresiasi dan dorongan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Baca Selengkapnya