Mengapa Awan Badai Pengaruhi Susunan Kimia Atmosfer?

Reporter

Editor

Senin, 28 Mei 2012 03:30 WIB

Awan-awan yang menandakan datangnya badai Gustav mulai terlihat di atas kota New Orleans (1/9). Foto: AP//Kevork Djansezian

TEMPO.CO , Jakarta:-Awan badai guntur berbentuk anvil atau landasan bukanlah sesuatu yang ingin Anda lihat ketika terbang. Namun sekelompok ilmuwan Amerika Serikat justru menggelar misi pencarian awan tersebut dengan mengerahkan dua pesawat DC-8 dan Gulfstream V. Eksperimen Deep Convective Clouds and Chemistry ini dilakukan untuk menyelidiki berapa besar pengaruh awan badai guruh terhadap susunan kimia atmosfer.

Untuk melakukan investigasi, para peneliti harus terbang langsung ke dalam awan kumulonimbus tersebut. Setelah melakukan beberapa terbang latihan dan persiapan lain, kedua pesawat DC-8 dan Gulfstream V mengangkasa pada 18 dan 19 Mei lalu. Untuk merekam semua data yang diperlukan, tim memasang 27 instrumen khusus yang akan mengambil sampel ketika pesawat memasuki awan badai. Dalam penerbangan itu, pesawat terbang dalam pola berbentuk huruf L pada ketinggian berbeda di sekitar sel awan badai guntur.

Pada penerbangan 18 Mei, pesawat terbang di atas daerah sebelah timur laut Colorado dan barat daya Nebraska. Mereka terbang menembus awan cirrus dalam pola tangga empat tahap selain pola L.

Hari berikutnya, kedua pesawat terbang di sebelah barat dan barat daya Oklahoma City serta terbang dalam pola yang sama seperti sebelumnya, termasuk mengumpulkan data di sekeliling awan badai dengan radius amat besar (supercell). Puncak awan yang berbentuk landasan tingginya mencapai 13.700 meter.

Manajer Misi DC-8 Frank Cutler sempat mengabadikan citra awan anvil dari pesawat. Awan berbentuk landasan untuk menempa logam ini terbentuk ketika massa udara yang dingin dan kering terdorong ke massa udara lembap dan hangat. Udara dingin yang lebih berat bekerja seperti bajak atmosfer dan mendorong udara hangat naik menuju awan badai guntur.

Angin tinggi dapat membuat bagian atas awan menjadi rata seperti permukaan landasan dan bagian bawah awan umumnya sangat gelap. Awan seperti ini dapat menghasilkan cuaca yang amat buruk, termasuk hujan es dan tornado.

Para ilmuwan menduga updraft badai yang terjadi ketika udara bergerak naik dapat membawa zat-zat kimia yang menghasilkan ozon, gas rumah kaca penting yang terdapat di atmosfer. "Kami juga berusaha mengambil sampel lingkungan updraft untuk mempelajari apa yang sebenarnya terjadi secara kimia," kata Cutler. "Misi ini juga mempelajari petir yang dihasilkan oleh badai guruh."

LIVESCIENCE | TJANDRA

Berita terkait

Pameran Teknologi Ruang Angkasa di Amerika, Seperti Apa Acaranya?

4 hari lalu

Pameran Teknologi Ruang Angkasa di Amerika, Seperti Apa Acaranya?

Industri ruang angkasa atau antariksa kembali menunjukkan diadakannya Space Tech Expo USA 2024 di Long Beach Convention Center, California

Baca Selengkapnya

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

17 Maret 2024

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya