Mengapa Orang Mau Bersedekah?  

Reporter

Editor

Rabu, 11 Juli 2012 17:43 WIB

TEMPO/Arie Basuki

TEMPO.CO , Rotterdam -- Menyisihkan sebagian harta untuk orang lain merupakan interaksi sosial yang lazim dilakukan oleh manusia. Peneliti sosiologi dan psikologi dari Erasmus University, Belanda, menyelidiki perilaku berderma.

Sebanyak 85 persen penderma merelakan harta kepada orang lain karena diminta langsung. Permintaan bisa berasal dari teman, peminta-minta yang mendatangi rumah, atau melalui iklan di media. Akibatnya, orang paling murah hati adalah yang paling sering dimintai sedekah.

"Seseorang terdorong berderma untuk menjaga reputasi," ujar peneliti dari Erasmus University, Pamala Wiepking, dalam wawancara kepada NewScientist, Selasa, 10 Juli 2012. "Mereka tak ingin merusak reputasi tersebut."

Di antara penderma, orang taat beragama menjadi yang paling murah hati. Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan kemurahan hati orang taat berlaku di seluruh kebudayaan dunia. Dorongan ini berasal dari penanaman nilai-nilai pemurah sejak kecil yang berdampak ketika dewasa.

Lingkungan yang taat juga memaksa seseorang menjadi pemurah. Sifat senang memberi dianggap sebagai kemuliaan, sehingga untuk masuk ke dalam lingkungan tersebut seseorang harus sering berderma.

Umur ikut mempengaruhi kedermawanan seseorang. Semakin tua seseorang, semakin besar kecenderungannya untuk memberi. Namun sifat senang memberi menciut ketika seseorang melewati usia 75 tahun. Penelitian menunjukkan penciutan ini disebabkan oleh orang sepuh dianggap tak memiliki kemampuan fisik yang prima sehingga jarang dimintai sumbangan.

Kecenderungan berderma ternyata dipengaruhi gender. "Perempuan lebih pemurah," kata dia. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasa empati dan perhatian pada perempuan. Laki-laki berderma kepada partai atau kelompok politik dan cenderung lebih pemurah jika mengenyam pendidikan tinggi.

Secara mengejutkan, orang miskin menyumbang lebih banyak porsi hartanya ketimbang orang kaya. Hal ini bisa dipahami karena permintaan sumbangan biasanya memiliki batas minimal yang sama pada seluruh kelas sosial. Wajar jika orang miskin menyisihkan uang lebih banyak untuk sedekah ketimbang orang kaya. "Bukan karena orang kaya kurang pemurah," kata dia.

Wiepking memiliki tip agar orang mau bersedekah lebih banyak, yaitu menunjukkan keteladanan. Seperti di Amerika Serikat, kata dia, dermawan selalu dihargai, sekecil apa pun pemberiannya.

Riset yang dilakukan Wiepking didasarkan atas jajak pendapat yang disebar pada lembaga amal. Dari data ini pula diketahui bahwa kebanyakan orang enggan berdusta mengenai pemberian yang mereka lakukan. Beberapa orang malah menganggap pemberian mereka kurang banyak.

ANTON WILLIAM

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya