TEMPO.CO , Rochester - Iklim yang kerap berubah tak menentu terbukti berdampak buruk bagi penghuni Bumi. Katak adalah salah satu korbannya. Penelitian terbaru menunjukkan katak lebih rentan terkena serangan jamur mematikan jika menghadapi suhu habitat yang berubah tak terduga.
Para peneliti mencatat jumlah amfibi--salah satunya katak--terus menurun seiring iklim yang semakin kurang dapat diprediksi. Sepertiga di antaranya kini terancam punah. Salah satu pemicunya adalah habitat hewan yang hidup di dua alam ini semakin hancur akibat ulah manusia.
"Tapi amfibi juga sangat terancam oleh penyakit Chytridiomycosis yang disebabkan jamur Batrachochytrium dendrobatidis," ujar Thomas Raffel dari Oakland University di Rochester, Michigan, seperti dikutip Newscientist, Senin 13 Agustus 2012.
Ia mengatakan, perubahan suhu rata-rata dan curah hujan dapat mempengaruhi penyebaran penyakit, termasuk Chytridiomycosis. Dampak buruk lain dari labilnya iklim ini masih terus dikaji, khususnya terhadap amfibi.
Raffel bersama rekan-rekannya meneliti dampak perubahan iklim menggunakan katak pohon Kuba (Osteopilus septentrionalis). Katak tersebut dipapar jamur chytrid dalam inkubator. Beberapa katak disimpan pada suhu ruangan konstan. Katak lainnya diberi perlakuan perubahan suhu yang menyerupai siklus siang-malam. Adapula katak yang diberikan perubahan suhu secara acak.
"Katak yang mengalami perubahan suhu secara tak terduga mengalami tingkat infeksi jamur yang lebih tinggi ketimbang katak lain," ujar Raffel.
Ia mengatakan, jamur mampu lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan suhu secara mendadak karena ukurannya sangat kecil dan memiliki waktu generasi yang jauh lebih pendek dari katak selaku inangnya. "Parasit sangat lihai menghadapi perubahan suhu tak terduga," katanya.
Data lapangan populasi katak harlequin mendukung temuan ini. Jumlah katak harlequin menurun drastis tatkala suhu bulanan jatuh secara tiba-tiba. Fenomena turunnya suhu bulanan akhir-akhir ini sering terjadi seiring meningkatnya suhu rata-rata Bumi. "Ini menunjukkan peningkatan variabilitas iklim telah mempengaruhi katak liar," ujar Raffel.
Perubahan iklim mengambil peran besar terhadap keragaman hayati dunia. Banyak spesies akan menemukan habitat mereka menjadi terlalu panas atau kering untuk terus dihuni. Menurut Raffel, masih terlalu dini untuk mengukur seberapa besar variabilitas iklim memainkan peran.
"Itu hanya akan mempercepat penurunan spesies yang sudah terancam oleh jamur chytrid," ujar Raffel.
Namun, pembuatan model iklim dapat membantu mengidentifikasi daerah mana saja yang akan mengalami variabilitas yang lebih besar dalam iklim mereka. "Upaya konservasi dapat difokuskan ke daerah-daerah ini," katanya.
NEWSCIENTIST | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita teknologi lainnya:
Anak Muda Tak Lagi Gandrungi Produk Apple
Detik.com Tak Bisa Diakses Karena Listrik Meledak
Kamera Curiosity Mars Hanya 2 Megapixel
Apple Pernah Tawarkan Biaya Lisensi Untuk Samsung
Kenalkan, Game Edukasi Baby Scratch Animal
Detik.com Janji Beroperasi Siang Ini
Laba-laba Pemburu Ini Tak Punya Mata
Unsoed Bangun Informasi Taksonomi Ikan Air Tawar
Hari Ini, Lego Ulang Tahun ke-80
IDC Jamin Semua Server Sudah Normal
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya