TEMPO.CO, Wellington - Dari tempat persembunyiannya di Selandia Baru, pendiri Megaupload, Kim Schmitz alias Kim Dotcom, tengah merancang situs berbagi file baru yang dinamakan Mega. Kim berkoar bahwa Mega didesain sedemikian rupa sehingga tidak dapat diserang.
"Bila server mati, bila pemerintah mendatangi data center dan merampoknya, atau bila seseorang meretas atau mencurinya, mereka tidak akan mendapatkan apa pun," ujar Kim Dotcom pada Wired, seperti dikutip dari situs teknologi CNET, Jumat, 19 Oktober 2012. Ia menambahkan bahwa semua data yang tersimpan akan tetap tertutup dan privat.
Dengan Mega, pengguna diberikan keleluasaan untuk mengontrol akses terhadap file yang diunggah. Mereka dapat melakukan enkripsi pada file lewat browser dengan menggunakan algoritma 'Advanced Encryption Standard'. Kemudian mereka akan diberi kunci untuk melakukan deskripsi atas file tersebut.
Karena kunci deskripsi ini tidak tersimpan di Mega, maka pengelola Mega tidak memiliki akses untuk mengetahui konten apa yang diunggah ke layanan ini. Artinya, pengelola Mega tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas file tersebut. Disebutkan juga, bila server diretas atau diambil alih, informasi personal tidak bisa diakses.
Adapun Kim Dotcom membantah pendapat bahwa Mega merupakan upayanya untuk memperolok Departemen Hukum Amerika Serikat dan kalangan industri Hollywood, yang berupaya keras menyeretnya ke penjara atas situs Megaupload. Ia menyatakan bahwa Mega memiliki peraturan yang memungkinkan pemegang hak cipta mengirim peringatan untuk menurunkan file yang melanggar hak tersebut.
Beberapa organisasi seperti studio film bahkan dipersilakan secara langsung menghapus file yang melanggar hak cipta tersebut. "Namun, bila ingin memiliki akses untuk melakukan hal ini, mereka harus menyatakan bahwa mereka tidak akan menuntut kami ke jalur hukum atau meminta kami bertanggung jawab atas tindakan para pengguna Mega," ujar Kim. Rencananya, Mega akan dirilis pada tahun ini.
Selain Mega, Kim Dotcom juga tengah mengembangkan layanan musik Megabox. Dengan layanan ini, para pemusik dapat menjual karya mereka secara langsung dan menerima hasil transaksi hingga 90 persen.
CNET | GIZMODO | RATNANING ASIH
Berita teknologi lainnya:
Newsweek Akhiri Era Majalah Cetak
Google Siap Beri Kejutan pada 29 Oktober
Acer Perkenalkan Tablet Iconia 7 Inci
Apple Kalah Lagi di London
Mengintip Warna-warni Data Center Google
Berita terkait
Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis
22 Februari 2021
Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.
Baca SelengkapnyaSempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini
11 Juni 2018
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.
Baca SelengkapnyaKominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018
31 Mei 2018
Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.
Baca SelengkapnyaPangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan
24 Januari 2018
Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.
Baca SelengkapnyaSitus Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia
27 September 2017
Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.
Baca SelengkapnyaGoogle Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web
27 Agustus 2017
Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.
Baca SelengkapnyaIngin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...
10 Agustus 2017
Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?
Baca SelengkapnyaBagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?
10 Agustus 2017
Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?
Baca SelengkapnyaGoogle, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality
12 Juli 2017
Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality
Baca SelengkapnyaIngin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini
7 Juli 2017
Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.
Baca Selengkapnya