TEMPO.CO , Pasadena--Robot Curiosity milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sejauh ini belum mendeteksi keberadaan gas metana di atmosfer Mars. Berita ini dinilai mengecewakan bagi mereka yang berharap untuk menemukan kehidupan di Planet Merah.
Metana menggambarkan keberadaan makhluk hidup. Di Bumi, seluruh organisme hidup menghasilkan lebih dari 90 persen gas metana yang ditemukan di atmosfer. Para ilmuwan sangat tertarik mengetahui apakah robot beroda enam dan berbobot satu ton itu berhasil menangkap metana di atmosfer Mars.
"Tapi Curiosity datang dengan tangan hampa," ujar Chris Webster, ilmuwan dari Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, Selasa, 6 November 2012. Pengukuran pertama yang dilakukan Curiosity menggunakan peranti Analisis Sampel Mars (SAM) menunjukkan tidak ada gas metana di Mars.
Ia mengatakan Curiosity akan terus berkeliling untuk menemukan keberadaan metana di Mars hingga beberapa bulan mendatang. "Planet ini selalu memberi kejutan bagi kami," kata Webster, kepala perakitan instrumen Spektrometer Laser pada peranti SAM.
Keberadaan metana di Mars memang cukup misterius. Para ilmuwan sebelumnya pernah mendeteksi metana di atmosfer Mars menggunakan berbagai instrumen yang dipasang langsung di lokasi maupun pengukuran dari antariksa. Namun, kadar metana yang diukur masih sangat rendah, yakni 10-50 bagian per miliar (ppb).
Para ilmuwan mengatakan, absennya metana dari pengukuran Curiosity tidak berarti pengamatan sebelumnya salah. Konsentrasi gas tak berbau itu mungkin berbeda menurut wilayah dan waktu tertentu di Mars.
"Saat ini kami tidak mendeteksi metana di Mars," kata Sushil Atreya dari University of Michigan, peneliti program SAM Curiosity. "Tapi itu bisa berubah dari waktu ke waktu, tergantung pada bagaimana metana diproduksi dan hancur di Mars."
Gas metana dapat berasal dari sumber selain makhluk hidup (non-biologis), seperti serangan komet, degradasi debu antarplanet oleh sinar ultraviolet dan interaksi air dan batuan. Keberadaan gas metana dapat dihancurkan oleh reaksi fotokimia di atmosfer atau diserap oleh permukaan Mars.
Para ilmuwan percaya bahwa metana di Mars "tenggelam" mengikuti siklus tertentu. Gas yang gampang terbakar ini hilang dari atmosfer Mars setiap beberapa ratus tahun. Itu berarti keberadaan metana di Planet Merah, jika memang kelak ditemukan, kemungkinan dihasilkan baru-baru ini. "Kita nantikan saja. Kisah metana baru saja dimulai," ujar Atreya.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Baca juga:
Manusia Mana yang Tak Kawin dengan Neanderthal?
Trik Memecah Botol Misterius Terungkap
NASA: Tanah Mars Mirip di Hawaii
Robot UGM Juara di Korea
Nasib Forstall di Apple, Sinofsky di Microsoft
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya