Jam tangan Tolstoy produksi Alexander Shorokhoff. europastar.com
TEMPO.CO , Minneapolis: Anda tentunya pernah waktu terasa cepat berlalu saat suasana serba menyenangkan. Tetapi sebaliknya, jika bosan menderu, waktu menjadi seperti amat panjang.
Penelitian baru menunjukkan sebuah pemahaman baru tentang bagaimana otak memproses waktu dalam satu hari. Fenomena ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengubah rasa tiap individu terhadap waktu.
Ketepatan waktu dalam otak merupakan desentralisasi. Sirkuit saraf yang berbeda ternyata memiliki mekanisme sendiri terhadap waktu saat melakukan kegiatan tertentu.
Dua peneliti dari Universitas Minnesota di Minneapolis melatih kera ekor panjang (Macaca) untuk melakukan tugas tertentu. Tugas tersebut mengharuskan mereka untuk memindahkan mata antara dua titik dengan interval 1 detik. Setelah 3 bulan, kera ini telah belajar memindahkan mata mereka antara titik-titik itu dengan interval rata-rata 1,003 dan 0,0973 detik.
Dengan menggunakan elektroda, para peneliti merekam aktivitas otak 100 neuron di lateral intraparietal cortex, yaitu wilayah otak yang berhubungan dengan gerakan mata saat mereka menyelesaikan tugas itu.
Mereka menemukan bukti bahwa aktivitas neuron mengalami penurunan antara tiap gerakan mata yang memungkinkan mereka memprediksi kapan gerakan berikutnya akan terjadi.
Level lambat dari penurunan aktivitas neuron terjadi saat kera memperkirakan gerakan kedua. Sementara tingkat yang lebih cepat dari bagian penurunan aktivitas neuron itu terjadi saat mata bersiap bergerak sebelum interval waktu yang telah ditentukan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa para ilmuwan mungkin dapat memanipulasi pengalaman subjektif atas persepsi waktu tiap individu yang dirasakan berbeda. Ketika seseorang sedang stress misalnya, tekanan ini mempengaruhi jumlah bahan kimia adrenalin di otak. Para ilmuwan tahu bahwa adrenalin mempengaruhi tingkat aktivitas neuronal.
"Dalam model kami, perubahan aktivitas dalam tingkat peluruhan adalah semua yang Anda butuhkan untuk merasakan perbedaan waktu itu," ujar pemimpin riset Geoffrey Ghose.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.