Suhu Bumi Naik 4 Derajat, Ilmuwan Kumpul di Doha

Reporter

Senin, 26 November 2012 11:41 WIB

Petugas pertamanan saat membersihkan kolam Bunderan HI, di Jakarta, Senin (4/1). Terjadinya angin kencang disertai hawa panas pada awal tahun ini merupakan efek dari perubahan iklim yang drastis. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Doha -- Perwakilan dari hampir 200 negara akan berkumpul dalam Konferensi Perubahan Iklim yang digelar di Doha, Qatar, mulai hari ini, Senin, 26 November 2012. Pertemuan tahunan ini membahas kembali upaya memperlambat laju pemanasan global yang disepakati sejak 2009, namun belum menunjukkan kemajuan signifikan.

"Suhu bumi akan meningkat hingga 4 derajat Celsius pada akhir abad ini. Kami harus mencegah hal itu," kata Profesor Hans Joachim Schellnhuber, ketua dewan penasihat pemerintah federal Jerman untuk perubahan iklim global.

Dengan peningkatan suhu sebesar itu, bumi diperkirakan akan mengalami sejumlah bencana alam mengerikan, seperti gelombang panas, kekeringan ekstrem, dan banjir besar di berbagai daerah. Kondisi itu juga akan berdampak serius terhadap keberlangsungan ekosistem dan seluruh makhluk hidup penghuninya.

Dalam Konferensi Perubahan Iklim tiga tahun lalu di Kopenhagen, Denmark, target pemanasan global pada 2020 ditetapkan di kisaran 2 derajat Celsius. Angka itu setara dengan level pemanasan global di era pra-industrialisasi.

"Kami memiliki sarana teknis dan uang untuk mencapai angka itu. Tapi kami belum mempunyai kemauan politik yang cukup untuk melaksanakannya," kata Schellnhuber.

Dua tahun sejak Kopenhagen, tepatnya pada Konferensi Perubahan Iklim 2011 di Durban, Afrika Selatan, seluruh perwakilan sepakat untuk melaksanakan komitmen kedua dari Protokol Kyoto, satu-satunya perjanjian yang mengikat secara hukum untuk pengurangan emisi saat ini, mulai 2013. Protokol menyebutkan, komitmen harus dilaksanakan selambat-lambatnya 2015 dan berakhir 2020.

Namun, dua negosiasi perubahan iklim lanjutan yang dihajat tahun ini--di Bonn, Jerman, dan Bangkok, Thailand--gagal melihat kemajuan dalam kesepakatan tersebut. Negara maju dan negara berkembang tidak mencapai kata sepakat, baik soal panjang periode komitmen kedua maupun prinsip yang harus dihormati dalam perangkat hukum baru pengganti Protokol Kyoto, yang habis tahun ini.

"Jika kami tidak bisa memecahkan masalah ini hari ini, semuanya akan terlambat," kata Schellnhuber. "Manusia tidak akan bisa bernegosiasi dengan alam."

MAHARDIKA SATRIA HADI | PELBAGAI SUMBER

Berita Lainnya:

Ini Hasil Uji Coba Jalur KRL Bekas Longsor
Dorce Gamalama Hibur Warga Indonesia di Paris
Munarman Jadi Topik Paling Hot di Twitter
Ke Polres, Munarman Cuma Curhat
Dikeroyok, Munarman Tak Buat Laporan ke Polisi

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya