TEMPO.CO, Jakarta - Spesies primata baru ditemukan para ilmuwan di Kalimantan. Primata nokturnal yang ditemukan ini adalah sejenis kukang, hewan kecil yang lebih dekat kekerabatannya dengan lemur dibandingkan monyet. Rincian penemuan ini dipublikasikan dalam American Journal of Primatology.
Spesies baru kukang bernama Nycticebus Kayan ini belum diakui hingga saat ini. Sebagian baru diketahui dari gaya hidup nokturnalnya saja. Hewan yang aktif pada malam hari kurang mengandalkan kemampuan visual sehingga satu sama lain akan terlihat mirip. Oleh sebab itulah, para ilmuwan sangat sulit menemukan perbedaan antara spesies baru tersebut.
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Profesor Anna Nekaris dari Universitas Oxford Brookes, Inggris dan Munds Rachel dari Universitas Missouri, Columbia mensurvei kukang yang hidup di hutan Kalimantan dan Filipina. Mereka fokus mempelajari tanda wajah primata ini. Tanda yang dimaksud adalah penampilan wajahnya yang seperti memakai topeng dengan mata yang ditutupi bercak- bercak hitam yang berbeda dan pola kepala yang berbeda pula.
Penelitian ini mengungkapkan ada 4 jenis kukang di Filipina dan Kalimantan. Awalnya hanya dianggap satu spesies saja yaitu N. Menagensis. Dua spesies baru: N. Bancanus dan N. Borneanus, sebelumnya dianggap subspesies dari N. Menagensis. Sementara N. Kayan adalah spesies baru penemuan itu. "Di Kalimantan khususnya, tiga kukang baru akan ditambahkan pada daftar spesies terancam di IUCN," kata Prof. Nekaris.
Mereka adalah primata dengan racun pada gigitannya. Racun tersebut berasal dari kelenjar di siku mereka. Kukang menjilati racun ini dan mencampurnya dengan air liur. Mereka kemudian menggunakannya ketika menggigit lawan. Atau mereka juga menggunakannya untuk melapisi bulu keturunan mereka. Bisa jadi ini adalah cara untuk mencegah predator menyerang anak-anak mereka. Toksin ini cukup kuat dan berpotensi menyebabkan shok anaphylactic pada manusia.
Namun penampilan mereka yang lucu ini seringkali dijadikan target perdagangan hewan liar. Ia ditangkap lalu taring giginya serta gigi serinya ditarik keluar sebelum hewan imut ini diperdagangkan. Cara ini sangat merugikan mereka karena bisa menyebabkan kematian. Bayangkan saja, primata ompong yang tidak dapat makan dengan baik. (Baca juga berita teknologi terpopuler)
BBC | ISMI WAHID
Berita lainnya:
Konser Guns N' Roses Ditunda karena Takut Petir
Tiga Kiamat di 2012
Anas Sebut Pemecatan Ruhut Isu Tak Penting
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya