Saat Megaupload Bersalin Rupa

Reporter

Editor

Budi Riza

Selasa, 5 Februari 2013 14:23 WIB

Megaupload. kakanj-x.com

TEMPO.CO, Coatesville - Pesta peluncuran kembali situs Mega dilakukan di rumah pendiri Megaupload, Kim Dotcom, dua pekan lalu. Beberapa orang berpakaian polisi bermunculan dari balik dinding rumah seharga US$ 24 juta atau sekitar Rp 230 miliar itu.

Sebuah helikopter bertulisan “FBI” melintas di atas panggung acara. Pentas penyerbuan itu digelar untuk mengulang kembali suasana dramatis di rumah Kim setahun lalu. Saat itu, petugas keamanan dari Amerika Serikat dan Selandia Baru menggerebek rumahnya.

Dari panggung besar di pesta itu, Kim lalu berbicara tentang kemunculan situs layanan penyimpanan file Mega, yang menggantikan situs Megaupload.

"Bila Anda menggunakan Mega, Anda mengatakan tidak untuk mereka yang ingin memata-matai Anda. Dan Anda mengatakan ya untuk kebebasan Internet dan hak Anda atas privasi," kata dia.

Dalam kicauannya sehari kemudian, dia mengatakan situs baru itu telah mencatat 250 ribu pendaftar. Server situs sempat mengalami overloading, tapi tetap berjalan.

Situs Mega akan memiliki sistem kerja yang berbeda dengan Megaupload. Pengguna tetap diizinkan mengunggah, menyimpan, dan berbagi data. Kim mengatakan situs itu kebal terhadap serangan.

“Jika server-nya hilang, jika pemerintah datang ke sebuah pusat data dan mengacaukannya, jika seseorang meretas server atau mencurinya, hal itu tidak akan berarti apa-apa,” ujarnya. ”Tanpa memperoleh kuncinya, apa pun yang diunggah ke dalam situs tersebut akan tetap tertutup.”

Kim menjelaskan bahwa Mega memiliki aturan yang mengizinkan pemegang hak cipta mengirimkan pernyataan Digital Millenium Copyrigths Act untuk menghapus data yang melanggar hak cipta. Selain itu, beberapa entitas, seperti studio film, akan diizinkan menghapus langsung materi yang melanggar hak cipta.

Masalah tudingan pembajakan juga dialami pengelola situs lokal, Indowebster. Pendiri situs, Juny Maimun alias Acong, mengakui situsnya kerap diminta menghapus file. E-mail permintaan itu berbilang ratusan buah per bulan, tapi file yang dihapus bisa mencapai ribuan. Permintaan penghapusan paling banyak datang dari Amerika Serikat.

"Itu dilakukan perusahaan yang kerjanya memang mencari file bajakan, bukan perusahaannya langsung," kata Acong. Menurut dia, permintaan itu tidak 100 persen diikuti.

Acong mengatakan situsnya tidak bisa mengecek file yang memiliki hak cipta. "Kami tidak punya mesin yang dapat mengecek apa yang diunggah," ujarnya. Dia mengaku pesimistis atas upaya perlindungan hak cipta.

“Kalau di Internet mau di-protect bagaimana pun tetap jebol," ujarnya. Langkah yang lebih realistis, menurut dia, adalah menanyakan apakah para pengguna situs bersedia membayar biaya konten.

ERWIN ZACHRI

Berita Terkait:

Janji Enkripsi dari Situs Mega

Ini Bisnis Berisiko Besar

Kicauan Ramai ala Kim Dotcom

ContextLogic Siap Saingi Google

Google Glass Gunakan Teknologi Bone Conducting

Berita terkait

Daftar 12 Laboratorium di Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

11 hari lalu

Daftar 12 Laboratorium di Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

Indonesia Digital Test House menjadi laboratorium uji perangkat digital terbesar di Asia Tenggara. Simak pesan peresmian Jokowi.

Baca Selengkapnya

Seputar Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

11 hari lalu

Seputar Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

Jokowi mengharapkan pembukaan Indonesia Digital Test House (IDTH) di BBPPT dapat memperkuat ekosistem digital lokal. Berikut hal-hal seputar IDTH.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Mengaktifkan Passkey WhatsApp

12 hari lalu

Begini Cara Mengaktifkan Passkey WhatsApp

Passkey memungkinkan pengguna untuk melindungi akun pengguna WhatsApp agar lebih aman.

Baca Selengkapnya

Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

23 hari lalu

Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.

Baca Selengkapnya

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

28 hari lalu

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.

Baca Selengkapnya

10 Prospek Kerja Jurusan Bisnis Digital, Ada Digital Marketer hingga SEO Specialist

30 hari lalu

10 Prospek Kerja Jurusan Bisnis Digital, Ada Digital Marketer hingga SEO Specialist

Berikut ini deretan prospek kerja jurusan Bisnis Digital, di antaranya digital marketing, data analyst, product manager, hingga SEO specialist.

Baca Selengkapnya

Pihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi

30 hari lalu

Pihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi

Di era digital penting untuk melindungi data pribadi sebagai hak privasi. Siapa saja pihak-pihak yang berperan besar melindungi data diri?

Baca Selengkapnya

PANDI Luncurkan Indonesia Berdaulat Digital Bersama Pemangku Kepentingan Internet

42 hari lalu

PANDI Luncurkan Indonesia Berdaulat Digital Bersama Pemangku Kepentingan Internet

PANDI tengah merancang Identitas digital berbasis Blockchain bekerja sama dengan instansi pemerintahan terkait.

Baca Selengkapnya

Kenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial

46 hari lalu

Kenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial

Otak popcorn berasal dari sebuah kondisi otak seseorang terus berpikir dari satu pikiran ke pikiran yang lain dalam sekejap seperti biji popcorn.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi Digital

46 hari lalu

Bamsoet Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi Digital

Jika tidak segera beradaptasi dengan AI, generasi muda akan kesulitan masuk dunia kerja di masa depan

Baca Selengkapnya